Tuesday, August 7, 2007

Kolom IBRAHIM ISA - BOM-ATOM di HIROSHIMA, Apakah itu bukan 'TERORISME'?

Kolom IBRAHIM ISA
07 Agustus 2007
--------------------------
BOM-ATOM di HIROSHIMA,
Apakah itu bukan 'TERORISME'?

HIROSHIMA, 06 Agustus 1960 ------ : Empatpuluh tujuh tahun yang lalu, jam 08.15 pagi waktu setempat. Ketika itu kami berempat dari Indonesia: E.A. Martalegawa, anggota Komisi Luarnegeri DP-RI; - seorang lagi anggota Komisi Luarnegeri DPR-RI, orang Sunda, sayang aku sudah tidak ingat lagi namanya; kemudian Supriyo, Redaktur KB Antara, dan Ibrahim Isa, Sekretaris Komite Perdamaian Indonesia --- :

Bersama-sama, sebagai utusan Indonesia yang diorganisasi oleh Komite Perdamaian Indonesia (dan atas pembiyaan Deplu RI) , kami hadir di Tokyo dan Hiroshima atas undangan Komite Anti Bom A dan Bom H di Jepang, untuk ambil bagian dalam Konferensi Internsional Anti Bom A dan Bom H di Tokyo, dan dalam upacara peringatan dijatuhkannya Bom Atom Amerika Serikat atas kota Hiroshima, 06 Agustus, 1945, dan tiga hari kemudian bom A kedua, atas kota Nagasaki.

Seluruh dunia tak akan melupakan sesudah mendengar berita-berita dunia, melihat foto-foto mengenai 'kedahsyatan' dan daya rusak bom AS yang terbaru itu. Dan betapa penderitaan penduduk sipil korban bom Atom, tak terbayangkan, bahwa bisa terjadi pemusnahan dan korban yang bagitu besar. Apalagi yang pasti tak akan bisa lupa, ialah pelaku pilot pesawat pembom Superfortress B-29 AS, 'ENOLA GAY', yang ngedrop bom Atom pertama AS di atas penduduk sipil Hiroshima dan tiga hari kemudian atas kota Nagasaki. Dalam seketika, kota Hiroshima menyala!. Hancur musnah dan terbakar habis. Bagaikan neraka di dunia layaknya.Begitu pula nasib kota Nagasaki.

Dua hari sebelumnya kami tiba di Tokyo, atas undangan Komite Anti Bom A dan Bom H di Jepang, untuk ambil bagian dalam Konferensi International Anti Bom A dan H, di Tokyo. Bisanya kami berempat hadir di suatu Konferensi Internasional di Tokyo dan ikut dalam upacara peringatan di Hiroshima , adalah sesuatu kejadian yang tipikal di Indonesia ketika itu. Indonesia dan Presiden Sukarno, dimana-mana di arena internasional, terkenal sebagai pemrakasa Konferensi Bandung, yang melahirkan PRINSIP-PRINSIP BANDUNG untuk PERDAMAIAN DUNIA DAN KEMERDEKAAN NASIONAL. Maka adalah sesuatu yang wajar dan sering, baik yang diwakili pemerintah, maupun yang non-organisasi pemerintah, Indonesia aktif ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan menyokong perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah, serta perjuangan untuk perdamaian dunia.

Konferensi di Tokyo yang kami hadiri itu adalah dengan tujuan meningktkan kesadaran internasional untuk menentang senjata-senjata Atom dan Hidrogen. Konferensi Internasional Anti-Bom A dan H, pada periode itu, diadakan di Jepang setiap tahun.

* * *

Kemarin, 06 Agustus 2007, upacara peringatan dijatuhkannya Bom A di kota Hiroshima dilangsungkan dengan khidmat di kota Hiroshima. Media dunia menyiarkannya. Penduduk Hiroshima dengan dukungan pencinta dan para aktivis gerakan Perdamaian Dunia di Jepang dan banyak negeri lain, menjadikan peringatan itu sebagai kegiatan setiap tahun yang perlu diteruskan. Demi mencamkan serta mengkhayati makna dan arti tuntutan adil: NO MORE HIROSHIMA!


* * *

BOM ATOM DI ATAS HIROSHIMA, BAGAIKAN NERAKA DI DUNIA
Beberapa saat sesudah bom Atom diledakkan di atas kota Hiroshima, dari penduduk Hiroshima yang berjumlah 350.000 orang, dalam sekejap mata, tidak kurang 140.000 orang mati hangus terbakar oleh panasnya Bom A. Ribuan lagi luka-luka bakar dan menderita akibat radiasi atom yang fatal. Dalam tahun 1995, karena bertambahnya jumlah korban yang kena radiasi, jumlah total yang tewas karena Bom A Hiroshima itu, mencapai 192.000. Tambahkan 74.000 lagi korban yang di Nagasaki akibat pemboman atom ke dua AS ( 9 Agustus, 1945), maka keseluruhan korban menjadi 268.000 orang yang tewas.

Mendengar penjelasan akhli-akhli fisika dan ilmu kedokteran Jepang di Hiroshima dan tuturan penderitaan para korban penduduk Hiroshima yang masih hidup, kemudian mengunjungi Musium Korban Bom Atom Hiroshima, melihat pentayangan film pemboman Atom atas Hiroshima dan Nagasaki, sejak itu, kesadaran dan hati nuraniku, bergejolak ingin meneriakkan keras-keras supaya didengar oleh sebanyak mungkin orang:

Menjatuhkan bom A atas kota Hiroshima (dan tiga hari kemudian,09 Agustus, 1945, di atas kota Nagasaki) --- Itu ADALAH PERBUATAN BIADAB! KEJAM dan TAK BER-PERIKEMANUSIAAN!

Sekarang di zaman segala sesuatu dimobilisasi melawan terorisme, nasional maupun internasional, timbul pertanyaan dalam fikiranku: Apakah yang dimaksudkan dengan terorisme? Bukankah korban bom Atom Amerika yang didrop di Hiroshima itu jauh lebih banyak jumlahnya, bila itu dibandingkan dengan korban kurang lebih 3000 orang tewas pada peristiwa pemboman Twin Towers di New York, oleh orang-orang Al Qaedan-ya Osama Bin Laden?

Dua peristiwa pemboman tsb sama-sama dilakukan demi suatu tujuan politik tertentu, dengan mengorbankan ribuan orang-orang sipil tak bersalah, termasuk perempuan, anak-anak dan orangtua yang tak berdaya. Secara terrencana mengorbankan begitu banyak orang sipil (140.000 orang terbunuh seketika) - dan itu terjadi diluar wilayah kancah peperangan, apakah itu tidak melanggar tata-cara berperang menurut hukum internasional?

Maka, tidaklah salah bila ditandaskan bahwa, ngedrop bom Atom oleh AS, di atas kota Hiroshima dan Nagasaki, 62 tahun yang lalu: --- ADALAH TERORISME! --- Sampai dewasa ini fihak Amerika tidak berhasil meyakinkan dunia, karena tidak ada yang mau percaya alasan dan dalih yang diajukan untuk membenarkan pembunuhan yang dilakukan oleh AS atas ratusan ribu manusia sipil tak bersalah kota Hiroshima dan Nagasaki. Tujuan yang hendak dicapai oleh Presiden AS Truman ketika itu, bukan tujuan militer semata, tetapi lebih penting lagi adalah tujuan politik. Dan tujuan politik itu dicapai tanpa mempedulikan pengorbanan ratusan ribu warga sipil yang tidak terlibat langsung dalam peperangan itu. Seperti dikatakan oleh Presiden Harry S Truman ketika itu, ketika mengumumkan ledakan bom tsb dari kapal penjelajah AS 'USS Augusta', bahwa kekuatan bom Atom baru AS itu, lebih dari 2000 kali lipat terbanding bom yang paling kuat saat itu.Menurut para pengkritisi banyak negeri, alasan AS menggunakan bom atom terhadap penduduk sipil Hiroshima dan Nagasaki, dikatakan untuk mempercepat berakhirnya perang ketika itu, tidak benar. Karena, saat itu, kekuatan militer dan ekonomi Jepang sudah demikian lemahnya, ditambah lagi dengan faktor baru, yaitu dimaklumkannya perang oleh Uni Sovyet atas Kerajaan Jepang, - tidak lama lagi Jepang sudah akan kalah, dan berakhirlah Perang Pasifik. Orang mempertanyakan apakah dijatuhkannya bom Atom atas Jepang, tujuan penting AS a.l. ialah, untuk mencegah jangan sampai Uni Sovyet yang mengalahkan Jepang, dan kemudian menduduki Jepang. Jadi tujuan AS adalah untuk menjadi hegemonis tuggal di Asia.

Seorang mahasiwi Jepang dari Nagasaki, Kayoko Iwanaga , putri dari orangtua yang menderita penyakit tak tersembuhkan disebabkan radiasi ledakan bom atom Nagasaki, mengatakan: 'Saya tahu alasan mengapa AS meledakkan dua macam bom atom di dua tempat (Hiroshima dan Nagasaki). Sebabnya ialah karena AS ingin mengetahui efek bom-bom tsb. Melalui penelitian akibat pemboman itu, dengan tujuan untuk merebut hegemoni sebagai kekuatan adikuasa seusai perang. Tindakan AS itu tak lain tak bukan, adalah tindakan 'AGAINST HUMANITY', tindakan yang melawan kemanusiaan.

Ini bukan untuk pertama kali fihak militer (Sekutu) yang beraliansi melawan fasisme Jerman, Itali dan Jepang, pada periode Perang Dunia II, melakukan TEROR terhadap PENDUDUK SIPIL untuk mencapai tujuan politiknya.

DIHANCURKANNYA KOTA DRESDEN
Bukalah kembali halaman catatan sejarah Perang Dunia II, ketika Sekutu mengerahkan pesawat-pesawat pembom, untuk menghancurkan kota DRESDEN, sebuah kota indah pusat budaya di Jerman Timur, yang berpenduduk padat.

Analis Detlef Siebert, mengungkap mengenai pemboman atas kota Dresden, sbb:
Beberapa minggu sebelum berakhirnya Perang Dunia II, PM Winston Churchil merancang sebuah memorandum tertuju pada Kepala-kepala Staf Angkatan Perang Inggris, sbb: 'Tampaknya bagi saya telah tiba waktunya, bahwa masalah pemboman atas kota-kota Jerman, yang semata-mata untuk meningkatkan TEROR, meskipun dilakukan dengan dalih yang lain, ---- untuk ditinjau kembali . . . . Dihancurkannya Dresden merupakan suatu masalah serius yang bertentangan dengan perilaku pemboman Sekutu.' Seru Siebert: Bagaimana suatu bangsa yang begitu bangga dengan standar moralnya yang tinggi, bisa menjatuhkan bom-bom atas wanita dan anak-anak?

Pada hari-hari tanggal 13-14 Februari 1945, selama tiga gelombang berturut-turut serangan pesawat pembom Inggris dan AS, dengan menggunakan lebih dari 1.300 pesawat pembom telah dijatuhkan lebih dari 3.300 ton bom di atas kota pusat budaya yang non-militer DRESDEN. Menurut berita pers waktu itu , penduduk kota Dresden yang tewas seketika berkisar antara 35.000 sampai 135.000. Seluruh kota hancur musnah. .

Adalah jelas bahwa PM Churchil bertanggung jawab atas pemboman kota Dresden dan kota-kota sipil lainnya, yang tujuannya ialah: mematahkan moral bangsa Jerman. Mengetahui bahwa timbul banyak reaksi atas pemboman kota-kota berpenduduk padat dan yang bukan merupakan sasaran militer, Churchil cepat-cepat membuat memorandum seperti yang dikutip terdahulu, yang ditujukan kepada para kepala staf angkatan perang.

Churchil ingin membebaskan diri dari tanggung jawab memerintahkan pemboman terhadap sasaran sipil yang padat penduduk, khususnya kota Dresden. Seolah-olah Churchil mengutuk pemboman kota-kota yang telah membawa begitu banyak korban. Tetapi fakta-fakta sejarah tak tertipu oleh manuver Churchil yang ingin bebas dari kritik yang dikemukakan bahwa pemboman atas-kota-kota Jerman berpenduduk padat, adalah suatu tindakan TEROR. Tak lain tak bukan adalah TERORISME!
Cobalah fikirkan:
Bukankah janggal, bahwa, sekarang ini terdengar seruan-seruan kutukan begitu vokal terhadap terorisme, yang datangnya justru dari jurusan para pelaku perbuatan TEROR dan TERORISME semasa PERANG DUINIA II. * * *

No comments: