Wednesday, August 15, 2007

Kolom IBRAHIM ISA -- DIRGAHAYULAH INDIA !

Kolom IBRAHIM ISA
15 Agustus 2007

* * *
DIRGAHAYULAH INDIA !
Hari ini India memperingati dan merayakan Ultah Ke-60 KEMERDEKAAN INDIA. Sebagai sesama negeri dan bangsa Asia yang di masa yang lalu, bahu membahu, bersolidaritas dalam perjuangan untuk kemerdekaan nasional; sebagai sesama negeri Asia (Bung Karno dan J. Nehru) yang mengambil prakarsa mempersatukan Asia dan Afrika dalam perjuangan untuk kemerdekaan nasional, melalui KONFERENSI ASIA-AFRIKA (Bandung, April 1955), pada tempatnya:

KITA MENGUCAPKAN SELAMAT DAN DIRGAHAYULAH INDIA! Semoga pertumbuhan ekonomi India yang dewasa ini menggebu-gebu, berlomba-lomba dengan lajunya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, hasilya akan diinikmati oleh seluruh lapisan rakyat India.

Cita-cita bapak nasion India, MAHATMA GANDHI dan J. Nehru , adalah lahirnya satu India merdeka yang bersatu. Jalannya sejarah berbeda dengan fikiran kedua tokoh India itu. Sama-sama pejuang kemerdekaan lainnya, Mohammad Ali Jinah, berpendapat lain. Ia khawatir bahwa Partai Kongres India yang dominan di India ketika itu, yang dianggapnya sebagai suatu partai yang terutama di dominasi oleh kaum nasionalis India yang beragama HINDU, kelak, setelah tercapai kemerdekaan nasional India akan menggantikan dominasi Inggris (atas kaum Muslim India).

Dalam suatu kekuasaan negara dimana yang dominan adalah suatu partai yang dianggapnya partai Hindu, maka penduduk yang beragama Islam merupakan minoritas yang dikhawatirkannya tidak akan punya hak sama dengan golongan Hindu. Maka Ali Jinnah memperjuangkan suatu negara tersendiri dimana penduduk yang beragama Islam dari 'British India' zaman kolonial, punya negaranya sendiri yang bebas serta bisa berkiprah atas dasar ajaran Islam. Sesuai dengan cita-cita filosof dan penyair besar Muslim India, Mohamad Iqbal, bahwa pada suatu ketika kaum Muslim India akan memiliki nasionnya sendiri.Maka lahirlah berdampingan Pakistan merdeka dan India merdeka.

* * *

Dalam rangka menyambut Ultah Ke-60 Hari Kemerdekan India, kali ini disiarkan kembali bagian-bagian dari tulisanku sesudah melakukan kunjungan ke New Delhi, pada musim panas tahun 2003, atas undangan Organisasi India untuk Perdamaian dan Setiakawan.

KUNJUNGAN KE NEW DELHI (Musim Panas 2003)
Memulihkan Tali Persahabatan dan Setiakawan!
INDIA— Siapa tidak kenal nama ini.
Terakhir aku mengunjungi India, adalah pada tahun 1962. Ketika itu aku ditugaskan oleh Komite Dana Asia-Afrika, untuk menghubungi beberapa negeri di Asia dan Afrika dalam rangka meraih dukungan politik yang lebih besar terhadap gerakan solidaritas Asia Afrika, kongkritnya untuk pengumpulan dana bagi perjuangan kemerdekaan di dua benua ini, terutama di Afrika. Oleh tuanrumah India, aku ditemukan dengan Kreshna Menon, Menteri Pertahanan India. Kufikir, urusannya adalah untuk dana perjuangan A-A, kok dipertemukan dengan menteri pertahanan, seorang terkemuka dari Partai Kongres. Dijelaskan kemudian, bahwa di dalam kabinet Nehru, Kreshna Menon, a.l. adalah yang paling progresip. Agar misiku dapat hasil maka sebaiknya menghubungi yang progresif dulu di kalangan yang berkuasa di India.

Kali ini kunjungan ke New Delhi, India, 28 Mei – 4 Juni 2003, adalah atas undangan AIPSO – All India Peace and Solidarity Organization –, untuk menghadiri Asia-Pacific Regional Meeting of the World Peace Council, yang akan dilangsungkan pada tanggal 30 — 31 Mei, 2003, di New Delhi.

Ya, INDIA - Siapa tidak kenal negeri dan kebudayaan bangsa ini. Tradisi dan budaya bangsa ini sudah ribuan tahun usianya. Ketika aku masih kanak-kanak aku suka nonton wayang golek. Begitu nonton wayang golek, maka itu berarti semalam suntuk, sampai pagi. Anehnya kok tidak ngantuk. Jelas tidak akan mengantuk,karena ceritera yang dipentaskan di atas panggung dan kemahiran sang dalang sungguh mencengkam, banyak pelajaran yang bisa ditarik dari padanya, tidak kalah dari ceritera “Hamlet the Prince of Denmark” yang kenamaan itu, karya Shakespeare. Akibatnya “tidak ada satupun – dari penonton - yang berniat pulang”, sebelum pertunjukkan selesai. Sesekali aku juga nonton wayang kulit. Tapi aku tidak sadar ketika itu bahwa lakon-lakon yang dipentaskan disitu, adalah berasal dari buku Mahabharata atau Ramayana, yang aslinya ditulis dalam bahasa Sanskrit. Nenek-moyang kita mengenal sastra dan kultur ini dari kaum pedagang dan imigran – diantaranya pendeta-pendeta - dari India, kurang-lebih seribu tahun yang lalu.

Tidak peduli siapa, jika orang berkunjung ke Bali, tidak ada yang meragukan bahwa kebudayaan rakyat Bali, adalah kebudayaan Hindu Bali. Asal muasal kebudayaan ini dari India.

Yang terkadang bikin aku keheranan, ialah, tidak sekali dua teman dan kenalanku dari India, baik yang lama mupun yang baru, tercengang melihat begitu suburnya kebudayaan Hindu hidup di Indonesia. Ini kesan mereka ketika berkunjung ke candi Borobudur, Mendut dan Prambanan. Ketika mereka menyaksikan sendiri betapa harmonisnya hubungan orang-orang Bali yang beragama Hindu dengan orang-orang Indonesia lainnya yang beragama Islam, Kristen, Budha, dan keyakinan hidup Konghucu, mereka tidak dapat lagi menyembunyikan kekagumannya terhadap rakyat kita.

K.M. Khan, M.P., seorang anggota DPR India dari Partai Kongres India, dan salah seorang Sekjen dari AIPSO – All Indian Peace and Solidarity Organization -- yang diperkenalkan kepadaku oleh Romesh Chandra (Ketua Kehormatan Dewan Perdamaian Dunia –WPC ) mengatakan kepadaku dengan penuh kekaguman: “Kami harus belajar dari sikap hidup yang toleran dari rakyat Indonesia”.

Aku fikir, kita juga bisa banyak belajar dari India dewasa ini. India terkenal sebagai salah satu negeri di Asia yang paling banyak menghasilkan tenaga intelektual, sarjana dan teknisi. Ingat nama Bengalore, sebagai “Silicon valley-nya Asia”. Dewasa ini India adalah “pengekspor” ribuan sarjana di pelbagai bidang pengetahuan ke negeri-negeri Timur Tengah, bahkan ke Amerika dan Eropah (terutama di bidang pengetahuan informatika). Halmana menunjukkan keberhasilan mereka dalam menangani masalah sumberdaya manusia. Tidak heran, Minsiter Councillor Kedutaan Besar Indonsia di New Delhi, Suhadi M.Salam, berucap padaku ketika aku mengunjungi beliau, bahwa ia merasa beruntung anak-anaknya bisa studi di salah satu universitas di Bengalore. Ia berharap agar lebih banyak mahasiwa-mahasiswa Indonesia di hari depan pergi belajar ke India. Karena dari segi mutu, perguruan tinggi di India tidak kalah dengan Amerika maupun Australia. Sedangkan dari segi pembiayaan, belajar di India jauh lebih murah. Demikian Kuasa Usaha RI di New Delhi, Suhadi M. Salam padaku.

Di bidang industri, termasuk industri berat, dewasa ini India sudah merupakan saingan yang tidak bisa diremehkan bagi Jepang. Apalagi di dunia perindustrian film. Hasil industri film India adalah yang kedua terbesar sesudah Hollywood. Maka, di India ada Hollywood “lain”, yang populer dikenal sebagai Bollywood. Kita lihat saja pengaruh budaya dan sutradara India dalam sinetron Indonesia sekarang ini. Tahulah kita betapa besar pengaruh India pada Indonesia di bidang ini. Dan lagu-lagu dengan beat DANGDUT, yang amat populer di kalangan rakyat. Dari mana itu kalau bukan dari India.

Dari segi politik, --- dari sudut manapun memandangnya, harus diakui, bahwa, India adalah SATU-SATUNYA negeri dan nasion, di Asia dan Afrika, yang setelah mencapai kemerdekaannya, terus-menerus hidup dalam sistim politik demokrasi parlementer. Banyak orang bilang itu adalah “demokrasi Barat”. Nyatanya sejak India merdeka, apayang dikatakan ‘demokrasi Barat’itu bisa berlangsung terus di India. Dan cocokdi India. Siapa berani berucap bahwa India itu bukan negeri Timu. Namun, tokh mempraktekkan dengan baik demokrasi parlementer “Barat” yang sering dikatakanorang, itu sistim politik barat yang tidak cocok dengan “kultur” Timur.

Sejak berdirinya Republik India lebih 55 tahun yang lalu, pemerintah yang mengurus negeri itu, selalu adalah pemerintah pilihan rakyat, lewat pemilihan umum. Jika aku tak salah, sebelum pemilu Indonesia, 1955, DPR RI dan pemerintah ketika itu, bersepakat mengirimkan sebuah misi parlementer ke India, untuk b e l aj a r. Belajar bagaimana menyelenggarakan pemilu yang jurdil. Dalam periode itu kita cukup rendah hati, untuk belajar dari India.
Kedekatan hubungan Indonesia dengan India, tidak aneh. Karena sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dan bangsa kita terlibat perang kemerdekaanmelawan tentara Jepang, Inggris, kemudian tentara NICA, KNIL dan KL dari Belanda, --- India yang pada waktu itu belum mencapai kemerdekaan penuh, telah mengulurkan tangan solidaritas dan persahabatannya terhadap bangsa kita. Kita ingat Pan Asian Conference di New Delhi (1947 – perlu dicek lagi kapan persisnya, tapi pasti sebelum tahun 1950) yang diprakarsai oleh Nehru dari Partai Kongeres India, dimana India menyatakan sokongan penuhnya terhadap perjuangan kemerdekaan kita. Fakta sejarah ini jangan sekali-kali kita lupakan. Supaya selalu ingat siapa yang mengulurkan tangan setiakawan dan persahabatan dikala masa sulit kita.

Para senioren kita, a.l. Francisca Fanggidaej, mantan anggota DPR-GR, salah seorang pejuang kemerdekaan nasional, bisa bercerita bagaimana RI mengirimkan misi diplomatik ke luar negeri. Bagaimana pada tahun-tahun awal revolusi dilancarkan ofensif diplomatik untuk menggarap solidaritas internasional terhadap Revolusi Kemerdekaan Indonesia, dan secara kongkrit pula untuk melawan ofensif diplomasi Belanda, yang menuduh RI sebagai negara boneka Jepang, serta menuduh Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia, sebagai kolaborator Jepang. Pada saat-saat krusial RI melancarkan ofensif diplomatiknya di dunia internasional, -- para pemimpin India, khususnya Nehru c.s dan Partai Kongres-nya, dengan tulus memberikan bantuan kongkrit kepada pejuang-pejuang muda diplomasi kita.

Selain itu, India juga mengirimkan bantuan obat-obatan dan kapal terbang sendiri untuk mengangkutnya ke daerah kekuasaan RI yang aman dari intaian fihak militer Belanda. Namun, sebuah kapal terbang India yang datang membawa bantuan untuk RI sempat ditembak jatuh dekat Jogja. Suatu pengorbanan yang dipersembahkan bangsa India demi kemerdekaan bangsa dan negeri kita.

Dari segi lainnya juga adalah suatu fakta sejrah pula, bahwa Republik Indonesia tidak semata-mata menerima bantuan dari India. Republik Indonesia tidak berpeluk tangan, ketika India mengalami bahaya kelaparan yang serius, berhubung dengan musim pacelik yang berkepanjangan di India ketika itu. Meskipun bangsa dan tanah air kita masih dalam keadaan sulit dan terlibat dalam perjuangan hidup-mati melawan Belanda, namun RI dan bangsa kita bercancut-taliwondo mengumpulkan beras untuk dikirimkan ke India, dalam rangka membantu saudara seperjuangannya yang sedang dilanda bahaya kelaparan. Ketika itu kota pelabuhan Banyuwangi, Jatim, menjadi harum namanya, karena adalah dari pelabuhan kecil ini, beras Indonesia dikirimkan untuk membantu India.

Tali setiakawan dan persahabatan antara Indonesia dan India dimulai dan dibangun dalam perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme untuk kemerdekaan nasional.
Jangan ketinggalan pula menyebut Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955, dimana Indonesia dengan 4 negeri Asia lainnya, termasuk India merupakan pemrakarsa dan organisator dari Konferensi Bandung yang punya arti sejarah luar biasa itu. Dalam perkembangan situasi selanjutnya, gerakan Non-Blok yang punya peranan penting dalam menjaga keseimbangan kekuatan politik dunia antara Blok Barat dan Blok Timur, dimana kerjasama dan solidritas antara Indonesia dan India merupakan poros penting, punya arti besar dalam perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan perdamaian dunia.

Dalam perjalanan dan perkembangan politik selanjutnya, hubungan Indonesia dengan India, tampak mendingin. Apakah yang menyebabkannya? Apakah ini terjadi semasa Orba? Ataukah sudah dimulai sejak periode pemerintahan Presiden Sukarno? Apakah itu terjadi ketika meletus perang antara India dan Pakistan yang menghasilkan pemisahan Bangladesh dari Pakistan dan berdirinya negara Bangladesh? Atau yang menyangkut masalah Kashmir? Dimana mengenai kasus-kasus itu, fihak India melihat sikap Indonesia sebagai berat sebelah. Halmana berarti bahwa Indonesia berpfihak pada Pakistan?
Hal-hal tsb masih harus dipelajari terus dengan seksama, agar daripadanya dapat ditarik kesimpulan yang bermanfaat bagi pemulihan dan pengokohan hubungan persabatan, kerjasama yang menguntungkan keduabelah fihak dan solidaritas antara Indonesia dengan India.

India adalah suatu negeri yang penting dan cukup besar dengan penduduk terbesar di dunia sesudah RRT. Dengan negeri ini, Republik Indonesia, teristimewa gerakan rakyatnya seyogianya harus mempertahankan dan memperkokoh hubungan persahabatan dan setiakawan. Apalagi dalam situasi dunia dewasa ini, sesudah Perang Dingin berakhir, dimana AS,-- sebagaimana tercermin dari politik “unilateralisme” dan “pre-emptive strike”-nya terhadap Irak, serta dalam menghadapi pelbagai masalah internasional lainnya, -- menampilkan diri dan bertindak sebagai satu-satu negara besar supra yang punya hak untuk bertindak sebagai “polisi dunia”, berhak menentukan mana yang benar dan mana yang salah.

***

No comments: