Monday, August 27, 2007

Kolom IBRAHIM ISA -- MENGENANG KORBAN, MELAWAN LUPA! - (1)

Kolom IBRAHIM ISA
-----------------------------
Senin, 27 Agustus 2007

MENGENANG KORBAN, MELAWAN LUPA! - (1)
< Memperingati Hari Ultah Widji Thukul - 26 Agustus 1963 >

Kalau ia masih hidup, umur WIDJI THUKUL, pada hari Minggu, tanggal 26 Agustus 2007 kemarin, akan mencapai 44 tahun. Tetapi Widji Thukul, telah tiada. Ia telah menjadi ORANG HILANG (1998). Tak diketahui dimana rimbanya, - -- kalaupun ia masih hidup. Tak tahu pula dimana kuburnya bila ia sudah menjadi korban dalam perjuangan demi rakyat miskin di akar rumput, demi keadilan dan KEMANUSIAAN. Hanya ada satu fihak yang kiranya bisa memberikan jawaban mengenai keberadaan WIDJI THUKUL. Yaitu aparat keamanan rezim Orba.

Widji Thukul dikenal oleh begitu banyak penggemar poësi dan sajak dan oleh tak dilupakan oleh 'orang-orang biasa'. Tentu, oleh orang-orang yang dalam di jiwanya bergelora semangat menentang kesewenang-wenangan dan ketidak adilan. Yang nuraninya diilhami cita-cita untuk demokrasi dan HAM. Nama Widji Thukul tak terpisahkan dengan salah satu bait sajaknya yang terkenal, bahkan sampai ke seluruh dunia:

HANYA ADA SATU KATA, LAWAN !

* * *

Untuk memperingati serta memelihara kenangan kita semua pada penyair dan pejuang nasib orang-orang miskin, pejuang demokrasi dan keadilan, mulai tanggal 26 Agustus Minggu kemarin, yaitu hari lahir Widji Thukul, sampai dengan 31 Agustus 2007, sepekan lamanya di Jakarta dilangsungkan 'A WEEK TO REMEMBER', Mengenang Korban, Melawan Lupa.

Khusus sebuah panitia bersama telah dibentuk terdiri dari pelbagai organisasi dan lembaga kebudayaan, demokrasi dan hak-hak azasi manusia, sbb: AFAD (Asian Federation against Involuntary Disappearances), IKOHI, Masyarakat Perfilman Indonesia (MPI), Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), KineForum, Praxis, Yappika, PEC, KontraS, IGJ, HIVOS, Panon Photo, Ruang Rupa, Black Box, DEMOS, LBH Jakarta, HRWG, Forum Asia, Voice of Human Rights.

Kegiatan yang dimulai pada tanggal 26 Agustus 2007 itu, diawali dengan PERINGATAN ULTAH WIJI THUKUL & PELUNCURAN BUKU KEBENARAN AKAN TERUS HIDUP. Peringatan ulang tahun Widji Thukul ke-44 di barengi dengan peluncuran buku 'Kebenaran Akan Terus Hidup' yang berisi tulisan Wiji Thukul dan tulisan berbagai kalangan mengenai diri, gagasan dan kehidupan Wiji Thukul.

Hari ini Senin tanggal 27 Agustus, acaranya meliputi 'TRIBUTE TO VICTIM'. Suatu kegiatan seni budaya yang dipersembahkan untuk korban penghilangan paksa dan korban pelanggaran HAM lain yang kasusnya belum selesai sampai saat ini Kegiatan seni budaya ini dipersembahkan oleh aktivis HAM dan Prodemokrasi, Mahasiswa, Pemusik dan Kelompok seni lainnya. Persembahan ini berupa pementasan teater, musik, pembacaan puisi dan lagu-lagu perjuangan.

Pembukaan Acara 'A Week To Remember' dilakukan oleh Mugiyanto, ketua IKOHI. Sambutan oleh Ibu Shinta Nuriyah. Pemutaran Video Dokumentasi Wiji Thukul. Pembacaan Puisi oleh Sastrawan & Sastrawati Perwakilan dari; Cyber Sastra, Bunga Matahari, Forum Sastra Pembebasan, Dewan Kesenian Jakarta, Jaringan Kerja Budaya, dan Pelajar SMU. Thukul dimata kawan-kawan: Romo Bhaskara, Linda Christanty, Pemenang Baca Puisi Wiji Thukul. Pemotongan tumpeng oleh keluarga Wiji Thukul dan simbolis penyerahan buku.

AKSI KE KEJAKSAAN AGUNG.
Pada Hari Rabu, 29 Agustus 2007 akan dilakukan aksi ke Kejaksaan Agung, untuk mendorong kasus penghilangan '97 - '98 yang saat ini sedang terhambat di meja Kejaksaan Agung setelah proses penyelidikan oleh KOMNAS HAM. Aksi ini dilakukan oleh panitia bersama pekan Penghilangan Paksa dan keluarga korban, berkumpul di TIM menuju ke Kejaksaan Agung.

Pada hari Kamis, 30 Agustus 2007 dilangsungkan PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU 'NUNCA MAS! 'Nunca Mas' berarti “Jangan Lagi” merupakan laporan CONADEP yang sangat terkenal di dunia. Buku 'Nunca Mas' saat ini sangat relevan di Indonesia, karena memberikan inspirasi bagi gerakan korban pelanggaran HAM di Indonesia. Keberadaan kasus penghilangan paksa di Indonesia yang sekarang sedang diselidiki oleh Kejaksaan Agung dan menjadi perdebatan nasional merupakan momentum tepat untuk peluncuran buku ini.

AUDIENSI KE DEPARTEMEN LUAR NEGERI.
Jum'at, 31 Agustus aksi diarahkan ke Deplu RI. Audiensi ini dilakukan untuk mendorong pihak Departemen Luar Negeri untuk melakukan langkah-langkah kongkrit yang dibutuhkan dalam upaya ratifikasi konvensi anti penghilangan paksa. Konvensi ini sendiri sangat penting untuk menjamin setiap orang bebas dari kejahatan penghilangan paksa.


Selanjutnya dilakukan PEMUTARAN FILM TENTANG PENGHILANGAN PAKSA (Senin – Jum’at, 27 s.d. 31 Agustus 2007) - Film tentang Penghilangan Paksa akan diputar di Studio 1, TIM 21 Jakarta. Dalam pekan ini juga dilangsungkan PAMERAN MEMORABILIA KORBAN PENGHILANGAN PAKSA Pameran benda-benda korban penghilangan paksa dan juga pelanggaran HAM di Indonesia.( Bahan-bahan mengenai acara dan kegiatan diperoleh dari Panitia Bersama - Penulis)

* * *

Diatas, sengaja dimuat agak lengkap mengenai kegiatan yang digerakkan oleh Panitia Bersama, untuk memperingati Widji Thukul. Agar pembaca memperoleh gambaran jelas tentang besarnya penghargaan masyarakat budaya terhadap tokoh penyair WIDJI THUKUL. Pula betapa luas panitia yang mendukung kegiatan tsb. Meskipun masa kegiatan dalam hidupnya amat terbatas: (Widji Thukul hilang ketika berumur 25 th) , tetapi masa remajanya sepenuhnya diabdikannya bagi cita-cita mulya. Yang itu dilakukannya justru pada tingkat akar rumput, di kalangan rakyat kecil dan miskin, serta di bawah ancaman, persekusi dan kejaran aparat keamanan rezim Orba.

Dalam rangka pekan Widji Thukul ini, disiarkan kembali sebuah artikel yang meskipun ditulis 4 tahun yang lalu, namun, bagi pembaca yang belum mengetahuinya, kiranya masih punya arti informatif:

MBAK PON (ISTRI WIDJI THUKUL Dan PIAGAM WERTHEIM
-----------------------------------------------------------------------------------
IBRAHIM ISA – NOTISI TRANSPARAN, .
Solo, 21 Agustus 2003.
Tidak mudah dimengerti tapi benar adanya!
Lebih dari duabelas tahun yang lalu, 4 Juli 1991, setelah Stichting Wertheim, Leiden, Holland, memilih a.l. WIJI THUKUL, penyair muda dan pejuang, sebagai pemenang PIAGAM WERTHEIM, --- namun, barulah pada tanggal 21 Agustus 2003 yang lalu ini, MBAK PON, istri WIJI THUKUL, mengerti dan tahu apa isi dari PIAGAM WERTHEIM.
Lebih dua tahun yang lalu MBAK PON menerima manuskrip PIAGAM WERTHEIM tsb dalam keadaan kumal, yang diterimanya dari tangan ke tangan. Dengan teliti dan hati-hati Mbak Pon membukanya, merumatinya dan kemudian diberi bingkai dan dipasangnya dengan penuh kebangaan menghiasi dinding rumahnya.
Dengan PIAGAM WERTHEIM menghiasi dindingnya, dalam hati Mbak Pon semakin kuat keyakinan, bahwa WIJI THUKUL punya kawan dimana-mana, sampai ke Nederland sejauh itu. Semakin kuat pula keyakinan Mbak Pon bahwa apa yang dinyanyikan Wiji Thukul dalam syair-syairnya adalah penuh mengandung humanisme sekaligus sarat dengan perlawanan terhadap ketidak-adilan. Yang amat melegakan hati Mbak Pon, ialah, bahwa karya-karya WIJI THUKUL mendapat penghargaan mancanegara.
Lebih dari duabelas tahun yang lalu, Stichting Wertheim menilai a.l. WIJI THUKUL sebagai salah seorang penyair teladan Indonesia, yang pada umurnya yang masih muda telah memberikan sumbangannya terhadap usaha EMANSIPASI RAKYAT INDONESIA.
Timbul pertanyaan kecil: -- Mengapa begitu lama Mbak Pon baru menerima ditangannya sendiri, PIAGAM WERTHEIM tsb? Nyatanya, baru kemarin pada tanggal 21 Agustus 2003, Mbak Pon mengerti apa sesungguhnya isi Piagam Wertheim yang dipasangnya dengan penuh hormat pada dinding rumahnya yang amat sederhana, --- kalau tidak hendak dikatakan terus terang, sungguh rumah seorang yang "tidak berpunya".
Rasa terharu dan hormat mengisi rongga dadaku, ketika aku berkesempatan mengunjungi rumah Mbak Pon di Solo, pada tanggal 21 Agustus y.l. Dengan gembira, sebagai Sekretaris Stichting Wertheim, kusampaikan salam hangat dan hormat Pengurus Stichting Wertheim kepada Mbak Pon. Mbak Pon yang sudah begitu lama menanti, baru dua tahun belakangan ini menerima di tangannya sendiri Piagam Wertheim yang telah diserahkan oleh St Werheim.
Pada saat inilah aku berkesempatan untuk membacakan kembali teks PIAGAM PENGHARGAAN ST. WERTHEIM dalam teks bahasa Belandanya, dan kemudian menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, seperti terlampir dalam tulisandi bawah ini.
Mengapa sampai terjadi begitu? Banyak faktor yang menyebabkannya.
Namun, penyebab yang terpokok, ialah --- bahwa penyair kita WIJI THUKUL, pada periode Orba, telah dijadikan orang buronan politik dikejar-kejar terus, sehingga Wiji boleh dikatakan tidak pernah tinggal di rumah sejak itu, selalu berpindah tempat tinggal. Rumahnya yang ketika itu hanya ditinggali Mbak Pon dan dua orang anak-anaknya, seorang putri dan seorang putra yang masih kecil, berkali-kali didatangani aparat, dan dengan bengis mengancam menanyakan kepada Mbak Pon, dimana Wiji Thukul!
Menjelang jatuhnya Suharto, ketika tindakan-tindakan teror Orbanya Suharto semakin mengganas, tiba-tiba tidak terdengar lagi berita sedikitpun dari dan tentang WIJI THUKUL. Siapapun tak tahu dimana rimbanya. Wiji Thukul mengalami nasib ORANG HILANG. Kemungkinan Wiji telah menjadi korban intel Orba yang keji itu.
Jatuhnya Suharto telah membawa sedikit perubahan pada keadaan Mbak Pon.
Namun, sampai kini tetap tidak ada berita tentang Wiji Thukul. Mbak Pon yang mengalami penderitaan diisolasi dan dinajiskan oleh penguasa, karena dirinya adalah istri Wiji Thukul, belakangan ini, nyatanya semakin menjadi tempat penduduk sekitar menanyakan segala sesuatu bila menghadapi pelbagai soal kehidupan, khususnya mengenai urusan yang menyangkut penguasa setempat. Kejujuran, keberanian dan semangat memperhatikan nasib para tetangga dan penduduk setempat, menimbulkan respek yang wajar di kalangan penduduk setempat terhadap Mbak Pon.
Demikianlah suka-duka yang dihadapi oleh Mbak Pon, sebagai istri dari penyair teladan dan pejuang Wiji Thukul.
Dalam rangka usaha mengenangkan kembali tokoh Wiji Thukul, Stichting Wertheim, Leiden, dalam waktu dekat ini akan meluncurkan edisi kedua KUMPULAN SYAIR-SYAIR WIJI THUKUL, dalam bahasa Belanda.

****

---------------------------------------------------------------------------------------
LAMPIRAN =
PIAGAM PENGHARGAAN STICHTING WERTHEIM

Het Bestuur v.d. WertHeim Stichting heeft besloten om de aanmoedigingsprijs v.d. Stichting toe te kennen aan de Indonesiche dichter, Wiji Thukul, voor zijn verdiensten voor de emancipatie v.h. Indonesishce volk in het bijzonder op het gebied van de letteren en de theater kunsten.
De prijs wordt o 4 julie 1991 in de aula v.d Universiteit van Amsterdam, uitgereikt door Prof. W.F. Wertheim.
Amsterdam, 4 juli 1991.
Sekretaris: C.J.G. Holtzappel Voorzitter:
J. Huizer.
------------------------------------------------------

Pengurus Yayasan Wertheim memutuskan untuk memberikan penghargaan Yayasan kepada penyair Indonesia Wiji Thukul untuk jasa-jasanya bagi emansipasi rakyat Indonesia teristimewa di bidang sastra dan seni teater.
Penghargaan diberikan pada tanggal 4 Juli 1991 di Aula Universitas Amsterdam oleh Prof. Dr. W.F. Wertheim.
Amsterdam, 4 Juli 1991.
Sekretaris: C.J.G. Holtzappel Ketua: J.
Huizer.
* * * * *

No comments: