Saturday, July 18, 2009

IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita - PUISI INSPIRATIF DINI S. SETYOWATI

IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita

Juma'at, 17 Juli 2009

------------------------------------------



PUISI INSPIRATIF DINI S. SETYOWATI


Melalui Jaringan Kerja Indonesia (JKI) baru-baru ini aku menerima enam rangkum sajak hasil karya Dini S. Setyowati. Banyak yang sudah mengenal Dini. Ia anggota JKI yang aktif dan bersemangat. Enam rangkum sajak Dini tsb ditulis antara 06 Juni s/d 14 Juli 2009.


Di luar dugaanku: Sajak pertama adalah dalam bahasa B e l a n d a. Berjudul JORDAAN OP DE BARRICADEN. Aku tau bahwa Dini fasih berbahasa Belanda. Juga sering menulis atau membacakan sajak-sajaknya di pelbagai pertemuan masyarakat Indonesia. Tetapi bersajak dalam bahasa Belanda, baru kali ini kubaca sendiri.


Aku bukan penyair! Tetapi suka membaca sajak-sajak, puisi yang indah dan mencengkam. Yang inspiratif. Maka, tulisanku ini bukanlah suatu penilaian atau bagaimanalah, mengenai puisi Dini S. Setyawati. Jauh dari pretensi itu! Lalu apa? Tak lain tak bukan, sekadar menuliskan kesan-kesan dan apresiasi terhadap hasil-hasil karya seni Dini S. Setyowati.


Membaca puisi Dini S. Setyowati tergerak hatiku menulis menyatakan apresiasiku itu. Dan ingin mengatakan: Teruskan Dini berkarya seni yang indah dan mencengkam. Yang bicara mengenai rakyat kita dan perjuangannya!


* * *


Sangat kuhargai puisi Dini yang ditulisnya dalam bahasa Belandaitu.


Lalu aku teringat pada seorang penulis Iran, KADER ABDOLLAH namanya. Ia seorang pejuang. Ikut ambil bagian dalam gerakan raksasa rakyat Iran menumbangkan kekuasaan Syah Reza Pahlevi, dalam tahun 70-an abad lalu. Ketika Iran dikuasai kaum mullah di bawah pimpinan Khomeini, sebagai penulis progresif demokratis tak ada tempat lagi di Iran bagi penulis Kader Abdollah. Ia meninggalkan negerinya tercinta, minta suaka di Belanda. Kemudian jadi w.n Belanda.


Nah, penulis Kader Abdollah, yang ingin terus jadi penulis, mengerti benar bahwa ia harus menulis dalam bahasa Belanda, bila tulisannya itu ingin supaya dibaca masyarakat Belanda. Sesudah 8 tahuntekun belajar bahasa Belanda, Kader Abdollah berhasil menulis novel-novelnya dalam

b a h a s a B e l a n d a ! Salah satu dari novelnya, 'Het Huis van de Moskee', jadi buku bestseller di Belanda. Luar biasa!


Itulah sebabnya, ketika membaca sajak Dini dalam bahasa Belanda, aku jadi teringat pada penulis Iran, Kader Abdollah. Maka kuceriterakanlah sedikit tentang Kader Abdollah, yang dewasa ini teratur menulis di 'de Volkskrant' sebagai kolumnis menggunakan nama MIRZA. Kader Abdollah adalah penulis Iran, menulis dalam bahasa Belanda. Tapi hasil karya sastra Kader Abdollah, adalah bersangkutan erat sangat peduli dengan Iran. Dengan rakyat dan kebudayaannya dan perjuangannya. Kader Abdolah w.n Belanda, tinggal di Belanda, tapi hatinya, jiwanya, semangatnya --- tetaplah IRAN.


* * *


Enam rangkum sajak-sajak Dini S. Setyowati, judul-judulnya adalah sbb:

1.

Jordaan Op de Barricaden!,dalam bahasa Belanda.
2.

Kapal Layar.
3.

Wajah Bumi,
4.

Matahari Sudah Lelah,
5.

Inspirasi dan
6.

Kucing-kucing Yang Manusiawi.

Semua sajak Dini itu telah dimuat di mailist JKI. Silakan diklik dan membaca serta menikmatinya. Aku kira pembaca akan terinspirasi oleh sajak-sajak Dini itu.


Dalam tulisan kali ini dikutip salah satu dari sajak-sajak Dini S Setyowati yang berjudul:

MATAHARI SUDAH LELAH, sbb:


MATAHARI SUDAH LELAH
Oleh: Dini S.Setyowati

Matahari telah penat hampir sekarat
Untuk selalu bersinar
Dan terus memancarkan energie
Cinta kasih yang tak henti-henti
Matahari telah resah menyaksikan dengan gelisah
Begitu banyak manusia sengsara
Diatas bumi yang 'ada' untuk semua...
Tetapi mengapa rejeki tidak terbagi rata...?
Matahari sudah redup..
Menyaksikan manusia semakin hanyut
Dalam berlomba mengejar benda-benda
Lapisan polusi yang bagaikan tabir ilusi
Membuatnya terengah-engah memancar cahaya
Diatas Indonesia bahkan diseluruh dunia...
Matahari sudah terlalu lelah
Sinar hangatnya sudah tak sampai di hati manusia
Tidak bisa menjadi daya - tenaga
Untuk bangkit dari sengsara
Dan mengkibaskan rantai belenggu jiwanya
Matahari sudah kesal penat
Menyaksikan dengan rasa tak percaya
Ulah segelintir manusia kaya yang semakin jaya
Dan mengabaikan tugas utama
Untuk membagi rejeki dengan sesama:
Mereka, yang hidup berjejal dalam hina dina
Karena bumi adalah milik kita bersama
Seperti halnya sinar sang Surya
Tetapi niscaya mendung akan menjelma
Menyampaikan suatu karma murka
Berkumpul di ufuk cakrawala
Berkomunikasi dengan bintang semesta
Dalam menggalang semua daya
Di alam raya untuk meledak
Dalam Bam!! Raksasa...
Demi mengembalikan keseimbangan semula.
Amsterdam, 8 juli 2009.


* * *


Membaca judul sajak Dini tsb orang bisa saja berfikir: Wah ini pertanda penulisnya 'kecapéan'. Karena judulnya saja 'Matahari Sudah Lelah'. Padahal matahari itu adalah sumber cahaya, sumber energi, membawa suasana ceria dan hidup. Tapi, ternyata sajak tsb samasekali tidak mencerminkan orang yang 'kecapean'. Sebaliknya mencerminkan kemarahan dan kebencian karena:


Menyaksikan dengan rasa tak percaya
Ulah segelintir manusia kaya yang semakin jaya
Dan mengabaikan tugas utama
Untuk membagi rejeki dengan sesama:
Mereka, yang hidup berjejal dalam hina dina
Karena bumi adalah milik kita bersama


– – – Sebaliknya dari perkiraan semula, sajak Dini itu mencerminkan keyakinan bahwa Ulah segelintir manusia kaya yang semakin jaya
Dan mengabaikan tugas utama


– – – pada suatu ketika akan berakhir. Seperti yang ditulisnya pada akhir sajaknya sbb:


Seperti halnya sinar sang Surya
Tetapi niscaya mendung akan menjelma
Menyampaikan suatu karma murka
Berkumpul di ufuk cakrawala
Berkomunikasi dengan bintang semesta
Dalam menggalang semua daya
Di alam raya untuk meledak
Dalam Bam!! Raksasa...
Demi mengembalikan keseimbangan semula


* * *


Dini S. Setyowti yakin bahwa 'Keseimbangan semula akan kembali'. Artinya, melalui perjuangan rakyat itu sendiri, kebenaran dan keadilan itu akan unggul.

Unggul:

DALAM BAM!! RAKSASA. DEMI MENGEMBALIKAN KESEIMBANGAN SEMULA!


* * *

No comments: