Saturday, July 18, 2009

Kolom IBRAHIM ISA - PELUNCURAN BUKU A.S. MUNANDAR

Kolom IBRAHIM ISA

Senin, 04 Mei 2009

------------------------------



A.S. MUNANDAR - - - MELUNCURKAN BUKU PENTING PADA USIA 85 th - ( Bg 2 – Selesai )



Uraian Mohammad Kasim, penyusun buku A.S. Munandar 'KUMPULAN TULISAN – PENDAPAT DAN PANDANGAN (1990-2009)' yang diluncurkan pada hari Sabtu, 02 Mei 2009 di Amsterdam, merupakan semacam resensi, atau anatomi isi buku yang kiranya akan mempermudah pembaca memperoleh gambaran umum mengenai buku tsb dan tentang penulisnya.



Uraian M. Kasim cukup padat dan jelas, maka dimuat selengkapnya di bawah ini:



* * *



MOHAMMAD KASIM:

SAMBUTAN PADA PELUNCURAN BUKU A.S. MUNANDAR 'KUMPULAN TULISAN – PENDAPAT DAN PANDANGAN (1990-2009)

Ibu-ibu dan bapak-bapak yang terhormat,

Kawan-kawan yang tercinta ,

Hari ini tanggal 2 Mei 2009 kawan yang kita cintai dan hormati Kawan A.S. Munandar (yang lebih akrab kita panggil Bung Cipto atau Bung Cip saja) genap berusia 85 tahun. Dalam usia sepanjang itu, 60 tahun lebih jiwa dan raga, tenaga dan fikiran telah beliau serahkan bagi perjuangan suatu Indonesia Baru yang adil dan demokratis.



Karenanya adalah suatu yang tidak berlebihan jika kita hari ini berkumpul disini merayakan hari ulang tahun memenuhi undangan putri sulung Bung Cip- Ami. Dalam kesempatan ini pula kita meluncurkan buku: A.S Munandar “KUMPULAN TULISAN – Pendapat dan Pandangan -- (1990 -2009)”. (Selanjutnya saya singkat “Kumpulan Tulisan”).

Dalam buku “Kumpulan Tulisan” ini Bung Cip menulis Biodata “ Lintasan Kenangan Masa Lalu” .(hl. 258 s/d 274) Tulisan ini singkat hanya beberapa belas halaman saja. Tetapi di dalamnya telah beliau ungkap suatu peristiwa penting yang perlu mendapat perhatian dan tekanan



Bung Cip mendapat beasiswa Malino dari pemerintah Belanda untuk belajar di “Technische Hogeschool” Delft. Di Belanda melalui pertemuan-pertemuan, tukar fikiran dan diskusi-diskusi dengan para mahasiswa dan teman-teman dari “Perhimpunan Indonesia” telah memperluas wawasan dan cakrawala pandangan Bung Cip. Ketika pada tanggal 19 Desember 1948 terjadi clash kedua di Indonesia, sebagai protes terhadap tindakan agresi kaum kolonialisme Belanda, Bung Cip bersama teman-teman sekitar 20 orang lebih melakukan demonstrasi, mogok kuliah dan menolak dan mengembalikan beasiswa kepada pemerintah Belanda. Protes melalui demonstrasi dan mogok kuliah adalah tindakan yang resikonya kecil. Tetapi menolak dan mengembalikan beasiswa mengandung resiko besar tidak hanya kuliah terhenti dan terputus, untuk makan sekeping roti pun tidak ada biaya lagi. Dalam kenyataannya sesudah itu Bung Cip menumpang tinggal di clubhuis P.I Den Haag dimana yang mengurusnya sepasang suami-isteri buruh asal Indonesia.



Dalam kaitan dengan peristiwa ini, Bung Cip menulis: “Meninjau kembali perjalanan hidupku, kusedari, sejak tindakanku mogok belajar dan mengembalikan beasiswa Malino, kehidupanku berubah radikal. Segala aktivitas jadi terpaut dengan aktivitas politik”. (‘Kumpulan Tulisan” hal. 270)



Memang sejak itu pemuda mahasiswa Ashar Sucipto Munandar, dari seorang yang berasal dari keluarga priyayi Jawa berubah menjadi seorang pejuang yang teguh berpihak pada kepentingan rakyat yang menderita. Peristiwa itu merupakan titik balik dan juga monumental dalam perjalanan hidup Bung Cipto. Mengembalikan dan menolak beasiswa, menunjukkan juga demi perjuangan yang adil dan hal-hal yang lebih besar, Bung Cipto rela berkorban dan berani menanggung resiko apapun. Hal ini menjelujuri dan mewarnai perjalanan hidup Bung Cip sampai hari ini.

Dalam hal ini menurut pendapat saya Bung Cipto patutlah menjadi teladan bagi kita dan saya harus banyak belajar kepada beliau.

Pada kesempatan ini ingin saya menyampaikan sekilas gambaran umum atau anatomi isi buku kita “Kumpulan Tulisan”. (Saya tidak masuki isi kongkritnya).



Buku kita ini berukuran 20X 14,2 cm dan tebalnya 281 halaman dan ditambah 13 halaman depan, jadi mendekati 300 halaman. Jumlah tulisan yang terkumpul ada sebanyak 23 tulisan ditambah satu lampiran. Satu tulisan – tulisan terakhir -- belum pernah di publikasi. Tulisan-tulisan membicarakan bermacam-macam tema, misalnya masalah nasion Indonesia, situasi Indonesia, filsafat Marxis, mengenai G 30 S, tentang kontradilksi pokok, partai-partai di Indonesia, masalah sosialisme dan lain-lain. Pokoknya isinya kaya-raya.Tulisan-tulisan itu ada yang disampaikan dalam berbagai kesempatan ceramah/temu wicara, diskusi-diskusi via internet dan ada pula yang di tulis didalam majalah. Dari 23 tulisan tersebut, satu tulisan disampaikan dalam bahasa Inggeris dan satu tulisan ditulis dalam bahasa Belanda, dan satu lampiran juga berbahasa Belanda. Kami ingin mempertahankan bahasa yang digunakan Bung Cipto waktu menyampaikan dan menulisnya, tetapi sebaiknya tulisan-tulisan tersebut diterjemahkan juga ke dalam bahasa Indonesia. Sayang hal itu belum sempat kami kerjakan.



Empat tulisan disampaikan untuk melepaskan/mengenang kawan-kawan seperjuangan yang telah mendahulukan kita. Dari tulisan-tulisan tersebut kita tidak hanya dapat mengetahui penilaian objektif Bung Cip terhadap kawan-kawan seperjuangan kita itu tetapi juga kita akan mendapat gambaran perjalanan hidup mereka dalam perjuangan untuk Indonesia baru yang demokratis dan berkeadilan sosial. Di samping itu kita juga akan bersinggungan dengan sejarah perjuangan rakyat Indonesia.

Ada beberapa tulisan yang menarik perhatian yang ingin saya angkat dalam kesempatan ini.

Tulisan yang berjudul : “ Demokratisasi dan Masalah Kesatuan Bangsa” (hal. 40 s/d hal. 69) ditulis pada awal Oktober 1995 yang disampaikan dalam satu seminar di Amsterdam. Tulisan ini memberi penjelasan yang lengkap, mengenai proses pembentukan nasion Indonesia, masalah mencapai dan mengisi Indonesia Merdeka, prospek perkembangan kesatuan bangsa Indonesia. Tulisan ini dilengkapi dengan daftar kepustakaan yang jumlahnya 38 macam. Menurut pendapat saya tulisan ini adalah satu tulisan yang sangat baik untuk dijadikan bahan referensi dalam mempelajari ke-pluralan atau kebhinekaan Indonesia.



Situasi Indonesia Dewasa Ini Dan Kemungkinan Perkembangannya” (hal.78 s/d hal 88) adalah pendapat yang disampaikan pada Temu Wicara “Perhimpuan Persaudaraan” pada tanggal 1 Maret 1998. Tulisan ini sangat baik mengambarkan kekuatan-kekuatan yang menentang rezim Orde Baru Suharto. Dikatakan: “Dewasa ini sudah lahir dan tumbuh kekuatan-kekuatan sosial yang berjuang untuk suatu Indonesia yang lebih baik. Pergerakan mahasiswa sudah berkembang menjadi pergerakan politik yang menyatukan diri dengan perjuangan rakyat di berbagai sektor buruh, petani, kaum miskin kota, kaum inteletual dan profesional, bahkan kaum pengusaha kecil dan menengah”. (hal. 88) Terhadap berbagai organisasi massa dan politik yang merupakan wujud dari kebangkitan rakyat Bung Cip mengatakan bahwa bahwa mereka perlu dan lebih intensif lagi : “bekerja untuk mengakar pada massa rakyat, untuk membangun suatu pergerakan perlawanan yang berbasis massa, yang dapat mengorginisir dan memobilisasi jutaan rakyat. Dengan demikian dapat dilakukanm ‘pemberdayaan rakyat’ (empowerment of the people) diwujudkan ‘kekuatan/kekuasaan rakyat’(people’s power) yang mampu mengganti kekuasaan sekarang dan membangun kekuasaan baru yang demokratik. Kita sedari bahwa jalan perjuangan ini masih panjang, tetapi langkah-langkah pertama sudah diayunkan. Semoga tahun 1998 tidak hanya menjadi tahun harapan pembaruan, tetapi juga menjadi tahun awal pembaruan ! (hal. 88) Delapan puluh hari kemudian Suharto lengser, dan tahun 1998 memang telah menjadi tahun awal pembaruan.



Secara kebetulan tulisan pertama dan terakhir--yang belum pernah dipublikasi -- dalam “Kumpulan Tulisan” bertemakan mengenai sosialisme. Walaupun kedua tulisan ini berjarak hampir dua puluh tahun lamanya, tetapi kedua tulisan ini saling melengkapi sepertinya tulisan terakhir ini merupakan sambungan dari tulisan pertama.



Tulisan pertama “Masalah Sosialisme Dewasa Ini”(hal. 1 s/d hal. 30). merupakan penyimpulan atas sebab-sebab buyarnya negeri-negeri sosialis Eropah Timur dan Uni Sovyet. Francis Fukuyama menyimpulkan ‘sejarah manusia telah berakhir, telah tercapai “the end of history”, banyak orang menyatakan Marxisme sudah bangkrut, kaum kapitalis dan imperialis dan musuh-musuh sosialisme bersorak sorai bergembira dan bergendang paha. Di kalangan kaum kiri pun terdapat kegoyahan dan keraguan apakah sosialisme itu dapat merupakan hari depan. Bung Cip dengan tegas dalam tulisan itu mengatakan “Sistem kapitalisme tetap tidak mampu memberi jalan keluar. Mayoritas rakyat di dunia yang hidup di bawah kapitalisme menderita kesengsaraan dan kemelaratan”. (hal. 29)



Tulisan terakhir ditulis dalam suasana krisis ekonomi yang berat melanda dunia yang dimulai pada paro kedua tahun 2008 yang katanya terberat sejak Perang Dunia kedua. Orang-orang yang dulu bersorak sorai dan bergendang paha kini hatinya menjadi menciut dan ada yang mulai menoleh ke sosialisme. Orang-orang yang dulu bimbang terhadap sosialisme, kini mulai mau mulai menegakkan keyakinan. Bung Cipto dengan judul tulisan “Sosialisme-- Alternatif Pengganti Kapitalisme” (hal. 241 s/d 257) dengan tegas memberi jawaban atas situasi dewasa ini. Tulisan ini belum pernah dipublikasi.

Dalam rangka menyambut terbitnya buku Bung Suar Suroso yang berjudul “Marxisme Sebuah Kajian” dalam “Wahana-News”(27 Maret 2009) A. Kohar Ibrahim menulis suatu artikel yang berjudul “Benarlah Yang Benar Yang Salah Salah”. Di dalam artikel ini banyak dikutip tulisan Bung Cip, yaitu tulisan pertama dalam Kumpulan Tulisan ini (“Masalah Sosialisme Dewasa Ini”). Dalam artikelnya A. Kohar Ibrahim menyebut “teoritikus Asnan” , “salah seorang teoritikus Marxis sekaliber Asnan” . Perlu dijelaskan bahwa Asnan adalah nama pena Bung Cipto.



Apakah menyebut Asnan alias Bung Cipto sebagai teorikus Marxis sesuatu yang berlebihan? Saya berpendapat tidaklah berlebihan. Dari apa yang kita kenal dari dekat, setelah pulang ke Indonesia pada tahun limapuluhan Bung Cip bekerja di Yayasan Pembaruan, menjadi dosen dan kemudian pro rektor Akademi Ilmu Sosial Aliarcham. Pertengahan tahun 1965 ditugaskan belajar ke DDR, serta selama ber-lang-langbuana di luar negeri Bung Cip selalu berkecimpung dalam masalah-masalah teori, khasnya teori Marxis. Dengan membaca tulisan-tulisan yang terdapat dalam “Kumpulan Tulisan” ini, kita akan sampai kepada kesimpulan bahwa menyebut Bung Cipto sebagai salah seorang teorikus Marxis adalah pada tempatnya dan tidak berlebihan.



Akhir-akhir sejalan dengan beratnya krisis ekonomi yang melanda dunia dewasa ini, kita banyak bicara dan diskusi mengenai sosialisme. Apa yang kita lakukan itu menurut pendapat saya adalah sesuatu yang sangat baik dan tepat waktu. Hal itu akan mencerahkan dan menjernihkan arah dan tujuan perjuangan kita, di samping juga lebih lanjut mempertebal optimisme, memperkokoh dan mengkonsolidasi keyakinan dan tekad juang kita.



Tetapi kita juga sepenuhnya sedar, bahwa masalah sosialisme masih sangat jauh bagi kita. Bung Cipto dalam tulisannya yang terakhir pada alinea penutup dengan baik sekali mengatakan: “Bagi rakyat Indonesia dewasa ini sosialisme belumlah tujuan di depan mata, tetapi perjuangan untuk membebaskan diri dari kekuasaan konglomerat yang berjalin kepentingannnya dengan kapitalis finans global. Perjuangan ini berpegang pada Trisakti Bung Karno : Berdaulat dan Bebas dalam Politik, Berdikari dalam Ekonomi dan berkepribadian dalam Kebudayaan. Perjuangan ini harus berpadu seerat-eratnya dengan perjuangan untuk hak-hak demokrasi, dengan perjuangan kaum petani melawan feodalisme dalam semua bentuknya demi dapat memiliki tanah sendiri. Dengan keberhasilan dalam mencapai kebebasan nasional dan demokrasi penuh diletakkan dasar untuk memasuki sosialisme”.(hal.256-257 )



Apa yang kita cita-citakan, bisa di capai dan pasti dapat diraih, untuk itu dibutuhkan kerja keras dalam jangka panjang dengan penuh kesabaran revolusioner, berani membuka fikiran seluas-luasnya dalam menghadapi kenyataan-kenyataan dan masalah-masalah baru dewasa ini. Kita kini sedang memasuki dasawarsa kedua abad ke 21, bukan lagi di awal atau pertengahan abad ke 20 lebih-lebih lagi bukan di abad ke 19.



Akhirulkata, “Kumpulan Tulisan” ini hanya bisa terbit dengan sumbangan dana dan bantuan tenaga dan fikiran dari banyak kawan. Khasnya bantuan sepenuh hati dari seorang kawan yang tidak mau disebut namanya, yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan sekali gus menjadi pekerja. Demikian pula bantuan dari Bung Harso Susanto membuat cover buku, sehingga buku kita kelihatan sederhana dan manis dilihat. Karenanya tidak ada kosa kata yang lebih tepat lagi yang harus saya sampaikan kepada semua kawan itu, ialah kata-kata banyak-banyak terima kasih



Kekurangan dan kekeliruan dalam mengerjakan, menyusun dan mengumpulkan tulisan-tulisan dalam “Kumpulan Tulisan” ini tidak terhindarkan. Ini semua sumbernya terletak pada diri saya sendiri. Sebab-sebabnya: pertama, kurang teliti dan kurang rapinya saya bekerja, ditambah lagi dengan kemampuan bekerja dengan komputer yang sangat terbatas dan konservatif. Kedua, ketiadaan pengalaman saya dalam menerbitkan buku. Ketiga, terasa akhir-akhir ini ada keterburuan, untuk mengejar waktu agar hari ini “Kumpulan Tulisan” ini bisa berada di tangan hadirin semuanya.

Sekian, sekali lagi terima kasih kepada Ami yang telah mengundang dan disediakan waktu untuk meluncurkan buku “Kumpulan Tulissan” pada kesempatan hari ini.

Dan sekali lagi: Selamat Ulang Tahun ke-85 kepada Bung Cip yang saya cintai dan hormati dengan harapan semoga selalu sehat, dan selanjutnya besok terus sukses melangkah menjalani “Long March Baru” menuju umur 90 tahun. Semoga. Terima kasih kepada semua hadirin.

Disampaikan di Amsterdam 2 Mei 2009



* * *

No comments: