Saturday, July 18, 2009

Kolom IBRAHIM ISA - KARTINI SUNGGUH BESAR CITA-CITANYA

Kolom IBRAHIM ISA

Senin, 20 April 2009

---------------------------


KARTINI SUNGGUH BESAR CITA-CITANYA


Tak setahunpun berlalu Hari Lahir R.A. Kartini <21>, diliwatkan begitu saja. Ini berlaku di Indonesia. Juga di negeri manapun di dunia ini, dimana terdapat masyarakat Indonesia. Kebiasaan memperingati KARTINI sebagai pejuang wanita Indonesia pertama untuk EMANSIPASI kaum perempuan, sudah menjadi tradisi. Itu sudah dimulai sejak zaman kolonial Hindia Belanda. Namun, bukan sesuatu yang 'rituil'. Ciri peringatan Hari Kartini pada zaman kolonial, selalu dilakukan senafas dan seirama dengan kegiatan perjuangan bangsa Indonesia untuk kemerdekaan nasional. Secara hakiki perjuangan Kartini untuk haksama bagi kaum wanita Indonesia, merupakan perlawanan berani dan cerdik terhadap pembatasan dan kekangan kultur fedoalisme terhadap kaum perempuan ketika itu.


Dipandang dari segi lainnya, intisari perjuangan Kartini adalah perjuangan untuk hak-hak demokrasi, meskipun tak disebut demikian pada zaman itu. Memperingati HARI KARTINI dari segi pandangan perjuangan untuk hak-sama antara perempuan dan laki-laki, -- bahwa itu adalah bagian tak terpisahkan dari perjuangan untuk HAK-HAK DEMOKRASI, adalah faham yang konsisten bahwa hak-hak perempuan adalah bagian yang tak terpisahkan dari HAK-HAK AZASI MANUSIA.


Maka, pemberlakuan HAM, Hak-Hak Azasi Manusia, -- menjadi tak lengkap tanpa kesamaan-hak antara kaum lelaki dan kaum perempuan.


Aspirasi dan visi Kartini mengenai kaum perempuan INDONESIA banyak dikemukakannya dalam surat-suratnya yang kemudian dibukukan dalam sebuah kumpulan berjudul 'VAN DUISTERNIS TOT LICHT' , 'Habis Gelap Terbitlah Terang'.


* * *


Sahabatku HARTATI NURWIJAYA, seorang penulis Indonesia yang bedomisili di Megara, Junani, memperingati HARI KARTINI dengan menunjukkan segi lainnya: KEUNGGULAN kaum perempuan terbanding kaum lelaki. Bahwa kaum lelaki itu sesungguhnya adalah LEMAH. Mari ikuti bersama tulisan HARTATI NURWIJAYA.


Pandangan yang dikemukakan Hartati Nurwijaya yang lugu dan terus-terang adalah relevan dengan situasi di negeri kita dewasa ini.


* * *


OHH KARTINI

Oleh: HARTATI NURWIJAYA


21 April merupakan hari yang khusus bagi saya. Sebab pada 21 April 1921 ayah saya lahir dan kami selalu ingat hari ulang tahun beliau. Walaupun ayah tidak suka dengan perayaan ulang tahun, tahun ini anak-anaknya akan berkumpul merayakannya tanpa kehadiran saya yang disebut oleh adik-adik sebagai anak kesayangannya. Padahal ayah sayangnya sama dengan semua anaknya. Saya tahu itu.

21 April juga merupakan hari besar yang disebut sebagai Hari Perempuan dan kebangkitan wanita Indonesia, melalui perjuangan Ibu Kartini. Lagu Ibu Kita Kartini yang diciptakan oleh Wr Soepratman, sejak masih SD saya sering menyanyikannya. Kini lagu itu saya ajarkan ke Aisyah putri saya satu-satunya. Bagi saya seorang ibu memperkenalkan siapa Ibu Kartini kepada anak saya bukan berniat agar dia menjadi superwoman ataupun menjadi wanita yang merasa lebih hebat dari laki-laki. Sebab hukum alam sebenarnya pria itu lebih lemah dari wanita. Karena pria mudah sekali tergoda oleh keelok rupawan wanita dan senang melihat cantik (bagi pria yang normal dan bukan gay seperti yang banyak saya lihat di Yunani).

Semakin banyak kasus perceraian akibat perselingkuhan semakin membuktikan bahwa pria lemah. Akibatnya pengajuan cerai 70% berasal dari pihak wanita. Juga poligami semakin marak. Saya tidak setuju poligami. Sebab saya pernah mendengar ceramah DR Zakir Naik yang menjelaskan bahwa di dunia ini tidak ada pria yang bisa bersifat adil bagi istri-istrinya. DR Zakir Naik menentang poligami.

Secara logika saya juga merasakan bahwa seikhlasnya wanita, pasti suatu saat dia akan mengalami ketidakadilan suaminya. Masalah waktu saja, bisa menjadi sumber ketidakadilan. Oohh, kalau tidak adil lalu bisa minta maaf pada istri pertama atau kedua. Minta maaf pada manusia memang mudah, tetapi apakah mudah memaafkan? Ditambah lagi godaan iblis di setiap aliran darah manusia. Jadi nonsen jika ada yang berdalih poligami bisa dijalani dengan adil.

Ada yang berdalih poligami untuk menghindari zina (termasuk zina mata, zina hati dan zina hubungan sex). Salah satu kelemahan pria lagi, bahwa dengan tidak dapatnya dia menahan pandangan mata dan hasratnya merupakan kelemahan yang fatal. Banyak dalih yang bisa mendukung poligami. Tetapi bagi saya dalih itu hanyalah sebuah pembenaran saja. Mengikuti sunnah Rasul? Rasullah menikah banyak karena dia Nabi seorang yang mempunyai kelebihan dari manusia biasa, seorang yang bisa adil. Pria selain Rasullah tidak bisa bersikap adil.

Jika saya boleh berpendapat, memang godaan dunia bagi pria normal adalah wanita, harta dan anak. Sehingga ketiga faktor itu yang harus dikuasai oleh wanita. Kekuatan wanita sebagai ibu rumahtangga dan sebagai seorang ibu yang mencetak anaknya yang laki-laki kelak menjadi manusia seperti apa. Ibunya yang mendominasi karakter anak tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan atau menyebalkan. Ibu yang berkekuatan membuat anaknya bahagia atau sengsara. Ibu yang menentukan apakah perkawinan anaknya bahagia atau tidak. Sebab banyak juga mertua yang saingan dengan menantu, bahkan saya pernah baca di milis ada mertua minta anaknya menceraikan menantunya.

Jika saya boleh berpendapat lagi, sebenarnya perjuangan sejati pria adalah bagaimana mempertahankan perkawinannya dan membimbing istrinya menjadi wanita yang sesuai dengan impiannya. Memang perjuangan yang berat bagi pria, sebab wanita kini juga berjuang agar pria dapat juga dibimbingnya. Ada anekdot pria takut istri, ataupun juga saya sering mendengat ucapan suami, bahwa adik iparnya takut dengan istrinya (adik perempuan suami). Bagi saya bukan masalah takut atau menakuti seperti Nenek Lampir ataupun Nyi Blorong. Pria dan wanita adalah sejajar, sama dan tidak ada yang lebih dari satu gender ke gender lainnya. Semua agama mengajarkan itu. Jika ditelaah juga ummat Kristiani yang menciptakan istilah Patriaki, saya lihat di Eropa juga wanita yang memegang peranan kuat dalam budaya tersebut.

Dalam Islam juga jelas bahwa posisi wanita sama dan sejajar dengan kaum laki-laki. Bahkan wanita sangat disanjung dan diagungkan dalam Islam. Hingga 7 kali Rasullah menyebut “Ibumu, ibumu…, ibumu!”

Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia


* * *

No comments: