Tuesday, May 7, 2013

*Kolom IBRAHIM ISA:

Jum'at, 03 Mei 2013

-------------------*

*BERBAGAI PENDAPAT Sekitar*

*"KRITIK Terhadap AHOK”*



Berbagai pendapat bisa dibaca di media pers, di MAILIST dan di Facebook, sekitar kasus *AHOK MENGEDEPANKAN ISU "KOMNIS".
*
Hal itu wajar terjadi dalam situasi perjuangan masyarakat untuk pemberlakuan HAK-HAK DEMOKRASI dan PENEGAKKAN HUKUM di negara Republik Indonesia, yang situasinya masih a m b u r a d u l.


Dikatakan “amburadul” mengingat a.l. kejadian berikut ini: Sejumlah anggota KOPASUS menerjang sebuah penjara dan mengeksekusi 4 orang tahanan yang mendekam disitu. Mereka dibunuh karena dianggap "preman".

Logikanya: Anggota Kopasus bisa saja membunuh para tahanan itu, dengan mengemukakan berbagai alasan. Malah tindakan ekstra-judisial para anggota Koppasus tsb oleh atasannya dipuji-puji. Sampai-sampai Presiden SBY menyatakan para anggota Kopasus itu sebagai "kesartia". Karena mereka berani mengakui tindakan mereka yang melanggar hukum itu. Tampil pula Menhamkam membela para eksekusioner Kopasus tab. Itu bukan pelanggaran HAM. Demikian Menhamkam. Tidak boleh diadili selain oleh fihak militer . . . .


Ini pemberlakukan hukum macam apa? Aparat keamanan negara sendiri yang menggoyah dasar hukum negara ini.

* * *

Dalam situasi masih “amburadulnya” situasi penegakkan hukum negara Repubik Indonesia seperti itu, lebih-lebih lagi diperlukan sikap kritis dan analitis. KRITIK adalah salah satu cara amat penting untuk mengontrol atasan, membikin transparan semua tindak-tanduk pejabat dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengabdi masyarakat. Ia juga salah satu manifestasi dari “hak bebas menyatakan pendapat”, “freedom of speech”.

Ramainya kritik yang diajukan pada AHOK belakangan ini, hanyalah terbatas pada sikapnya yang mengkaitkan ISU KOMUNIS dalam berurusan dengan rakyat dan salah satu LSM sekitar rencana penggusuran rumah-rumah penduduk di daerah Pluit.

Menggunakan ISU KOMUNIS, dilakukan fihak-fihak tertentu, biasanya adalah dalam rangka MENSTIGMATISASI fihak oposisi atau lawan berdebat. Selama lebih 32 tahun rezim Orba, STIGMATISASI KOMUNIS, sudah menjadi cara Orba yang dianggap paling ampuh untuk meredam, menindas setiap gejala atau tindakan yang dianggap menentang kebijakan Orba. Bukankah, STIGMATISASI KOMUNIS, yang digunakan Jendral Suharto untuk melegitimasi tindakan kejam dan biadab membantai lebih dari sejuita warga Indonesia yang tidak bersalah? Dan kemudian mengangkat dirinya dan kroni-kroninya menjadi penguasa Indonesia??


Sayang seribu, sungguh 1000 kali sayang, . . . . . Ahok *juga* menggunakan cara STIGMATISASI KOMUNIS ketika berhadapan dengan salah satu LSM yang berkonfrontasi dengan beliau. Juga cara stigmatisasi ini digunakan Ahok ketika ia berhadapan dengan tuntutan IMF. Siapa bisa percaya bahwa IMF itu mempromosi faham Komunis? Mengemukakan isu Komunis dalam berurusan dengan IMF hanya menunjukkan kedangkalan pengetahuan yang bersangkutan mengenai apa yang diomongkannya.

* * *

Mengeritik Ahok, bukan berarti menegasi Ahok sebagai pejabat muda yang berdedikasi di Blitung Timur. Yang dikatakan prestasinya baik dalam mengabdi kepentingan masyarakat. Bahwa Jokowi bersedia bergandeng dengan Ahok, untuk memimpin DKI, hal itu menunjukkan juga bahwa Jokowi punya kepercayaan pada integritas Ahok.


Bila Ahok "kebablasan" dalam ucapannya ketika berurusan dengan rakyat dan LSM, maka adalah kewajiban kita UNTUK MENEGOR AHOK. Ahok tidak usah merasa tersinggung bila dikritik. Juga para pendukung Ahok jangan menjadi emosionil ketika Ahok dikritik.

Seorang sahabatku berkomentar terhadap Kolomku yang mengecam Ahok. Sebagai bahan pertimbangan di sampaikan di bawah ini tulisannya, dan responsku terhadapnya, sbb:

“Pendapat saya: Menilai seseorang sebaiknya jangan atas dasar isu2 yang tersebar..... Doeloe Alm. Ayah saya juga sering dituduh bahwa ia seorang komunis oleh orang2 Belanda yang tak suka padanya, bahkan disekolah lagere school "Europeesche Lagere School" saya dicap oleh guru: "Daar heb je dat kind van die communist......" . . . .“ Itu dia tu, anak orang komunis”.. .


Responsku menanggapi pendapat sahabat tsb, sbb:

. . .. Saya setuju pendapat Anda . . .

Saya BELUM memberikan penilaian . . . siapa AHOK. Sekadar mengeritik AHOK, sebagai pejabat, sebagai pemimpin, sebagai orang yang dapat kepercayaan rakyat. . . . agar jangan terlibat, latah, menggunakan ISU HANTU KOMUNIS . . . dalam berurusan dengan massa rakyat atau LSM manapun yg diduganya mengadu-domba.


Coba fikir: Ahok bahkan mengatakan bahwa IMF itu Komunis karena mau mendikte Indonesia,dsb. Jangan ISU KOMUNIS digunakan dalam membela keyakinan sendiri.


Menilai AHOK selanjutnya, mari kita lihat saja bagaimana prestasinya dalam mengabdi rakyat Jakarta.


Saya termasuk mendukung Jokowi/Ahok dipilih menjadi gubernur dan wagub DKI. . . .


* * *


No comments: