Tuesday, May 7, 2013

*Kolom IBRAHIM ISA* 
*Minggu, 07 April 2013*
-----------------------*

 

*Pada Malam Minggu . . . kumpul-kumpul di 

*Oudeschans . . . Merayakan Ultah Si Sulung* 

**

Rasanya ketika masih kanak-kanak dulu, di keluarga kami tidak pernah diadakan peringatan apalagi . . . merayakan hari ulangtahun siapapun. Tidak untuk ayah atau ibu. Juga tidak untuk siapa-siapa. Tidak ingat lagoi . . . kapan persisnya aku terlibat merayakan hari-ultah. Diingat-ingat kembali, kalau tidak salah jadi kebiasaan memperingati bahkan merayakan hari ultah sesorang . .. . ketika aku mengajar di *Perguruan KRIS *pada permulaan tahun limapuluhan abad lalu.

Di kalangan guru-guru KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi), kebanyakan para pengajar di situ berasal dari suku Indonesia-Manado. Agamanya Kristen-Protestan. Rupanya di kalangan orang-orang Manado kebiasaan itu sudah tradis

Ya, sekarang aku ingat betul. Aku mulai ikut dengan kebiasaan memperingati hari ultah seseorang teman.... dimulai kira-kira sejak dari Perguruan KRIS. Sering sekali kami ramai-ramai menyanyikan lagu "Panjang Umurnya serta mulia", untuk kawan guru yang berultah. Kadang-kadang dibikin acara makan kecil, kueh-kuah dan penganan lainnya. Sekali-sekali juga makan b e s a r. Tergantung siapa yang j a r i g , yang berulang-tahun. Sering juga kami hanya menyanyikan lagu saja dan berjabatan tangan, mengharapkan dan mendoakan panjang umur dan bahagia!

Mungkin di keluarga kami, dulu ada juga dilakukan kumpul-kumpul untuk memperingati hari ultah seseorang anggota keluarga. Tidak begitu ingat lagi!
 
* * *
Ketika sudah bermukim di Eropah, memperingati hari ultah itu menjdi kebiasaan, Memang, . . . . sering mengyenangkan. Kami jadi "ketularan" kebiasaan ini. Yang menyenangkan, kumpul-kumpulnya itu! Bertukar cerita, tukar pengalaman, dan ngobrol ngalor-ngidul!! . . . .Diantara keluarga besar dan kawan-kawan akrab lainnya, yang pada pada kumpul. Ada yang memperagakan kebolehannya menyanyi, memperdengarkan suaranya (yang kadang-kadang juga tidak begitu merdu!! Endak apalah), -- memainkan instrumen musik tertentu, atau memabacakan sajak yang dibuat khusus untuk kesempatan itu/


/Lama-lama menjadi kebiasaan mengadakan peringatan atau perayaan yang agak besar, bila yang bersangkutan mencapai umur 25, atau 50. Apalagi yang umurnya mancapai 70. Ketika Murti dan aku mencapai 80 tahun. Wah, cukup meriah. Dapat kado segala. Dari anak-anak dan menantu, yang sudah pada punya penghasilan lumayan. Juga keika usia perkawinan Murti dan aku, mencapai ultah ke-50. Wah,dibikinkan surprise oleh anak-anak kami. Sambil diundang kawan-kawan yang terdekat. Dikenng-kenang kembali . . . . . memang suatu peristiwa yang indah,. . . bayangkan sudah setengah abad hidup berkeluarga!!/


/* * */


/Malam Minggu kemarin, dengan menyewa taxi perusahaan taxi Connexion, kami berkunjung ke rumah Si Sulung, Pratiwi Tjandra Rini. Di Oudeschans, centrum kota Amsterdam. Lokasinya indah. Di samping dan depan belakang rumahnya terdapat kanal yang dikedua tepinya terdapat pohon-pohon besar yang rindang. /


/Menggunakan taxi Connexion memang praktis dan murah. Kotapraja Amsterdam memberikan subsidi pada perusahaan taxi itu. Sehingga orang-orang "manula" (manusia usia lanjut) seperti kami, dan siapa sqja yang diatas 65^th , bisa menyewa taxi mereka dengan bayaran yang murah. Lagipula dijemput dan diantar. Mereka bilang itu pengaturan "from door to door". Kalau cuaca sedang buruk, dan akan pulang malam, . . . memang bagi orang-orangtua seperti kami lebih nyaman dan aman menggunakan taxi Connexion./


/* * */


/Tiwi, . . . . . begitu nama panggilan Si Sulung .. . kemarin itu mencapai 58 tahun. Dan Tiwi sudah punya dua orang cucu. Yang satu Shayeen, wanita berumur 6 tahun dan yang kedua, Thierry, seorang putra, lahir tanggal 18 Maret yang lalu. Jadi kami sudah punya dua CICIT. Ya, betatapun, kami merasa bangga dan bahagia. Punya dua cicit./


/Yang datang kemarin malam di hari Ultah Tiwi itu, cukupan. Ada 20 orang. Sebagian besar keluarga sendiri. Tetangga Tiwi, orang Belanda juga diundang dan kalau diindang mereka selalau datang. Tetangga baik! Mereka datang berdua, suami-istri./


/Istrinya: Rosane namanya, adalah seorang penuis drama. Suaminya: Bart Dieho, baru saja pensiun. Tadinya dosen "Toneel Wetenschap" di Universitas Utrecht. Meskipun sudah pensiun, Bart merasa puas. Karena untuk beberapa lamanya ia masih bisa menikmati fasilitas dari Universitas Utrecht, sebagai mantan dosen./


/Kebetulan aku duduk lama disamping Bart Dieho. Ia banyak tanya dan banyak cerita. Biasalah pada kumpul-kumpul seperti itu pembicaraan bisa berkisar dari soal-soal sehari-hari sampai ke SOAL "POLITIK DAN NEGARA". /


/Belum apa-apa Bart sudah nyeletuk : "Anda Kiri, kan?" . . . . Aku mengangguk-angguk: "Ya, aku Kiri". Dia tidak ngomong, tetapi maksudnya dia juga berpndangan "Kiri". Tampaknya bila sama-sama Kiri percakapan jadi lebih leluasa!/

/Ya, Bart tanya begitu, karena aku bilang aku tertarik pada sebuah tulisan di harian "de Volkskrant" dua hari yang lalu. Kenal enggak penulisnya? Tanyaku. Siapa, sih namanya, kok lupa-lupa inget. Pokoknya, namanya dimulai dengan MAX . .". Menantu kami yang duduk di sebelah, nimbrung: Oh, itu kan Max Westerman. Ia wartawan stasiun TV Belanda RTL yang ditempatkan di Amerika, kata Homayun Zahidi. Ya, ya, dia itu sudah 30 tahun dinas di AS. Tadinya pandangannya "monarkis". Lama-lama di Amerika berubah. Max beranggapan sudah tidak zamnnya lagi bentuk negara monarki untuk negeri Belanda. /

Coba, tulis Max, masakan kedudukan yang paling tinggi, --- kepala negara, itu diatur "turun-temurun". Anggota Parlemen saja harus dipilih 4 tahun sekali. Ini kok terus-terusan saja jadi kepala negara. Dan ongkos yang dikeluarkan negeri untuk kehidupan keluarga Ratu Beatrix itu , . . . . aduh mak... ratusan juta Euro setahunnya. Padahal yang kongkrit mengurusi negara kan pemerintah yang dipilih parlemen. Begitulah kira-kira tulisan Max Westerman.
 
Nyeletuk lagi sahabat dosen kita: Bart Dieho. Tapi, Max Westerman itu sesungguhnya pandangan politiknya, Kanan lho! Oh, ya, kataku. Ya, ya, ya, kata Bart. Dia orang Kanan.

Pembicaraan kami menyinggung soal apakah Nederland mau terus-terusan jadi kerajaan atau diubah saja jagi sebuah republik, masalahnyha, nanti tanggal 30 April ini, Putra Mahkota Willem Aelxander akan dinobatkan jadi Raja Kerajaan Belanda. Ibunya, Ratu Beatrix akan mundur.

* * *
 
Lalu cakap-cakap Bart dan aku beralih ke dibukanya kembali RIJKSMUSEUM, Musium Kerajaan. Itu beberapa hari yang lalu., Ratu Beatrix hadir dalam pembukaan itu. Sepuluh tahun lamanya Musium Kerajaan Belanda ditutup karena direnovasi. 

Aku bilang pada Bart, bahwa masyarakat luas Belanda, punya perhatian besar pada Musium Kerajaan. Ini pertanda baik! Masyarakat, orang-orang biasa, punya perhatian pada Musium. Di situ kan, terhimpun sejarah panjang bangsa dan negeri, kataku.
Nanti dulu, kata Bart. Yang penting, sesudah renovasi -- yang makan ongkos ratusan juta Euro, bahkan seratus juga Euro melebihi anggaran semula, . . . . bagaimana isi Muisum Kerajaan itu sekarang. Dengan rasa kesal Bart yang Kiri itu menggerutu bahwa di kalangan kita (kita, maksudnya banyak orang Belanda) masih belum jelas bagaimana peranan Belanda dalam sejarah ratusn tahun lalu. Ingat penjajahan VOC terhadap Indonesia: Bagaimana peristiwa itu dipresentasikan di Musium.Masih banyak yang belum mau melihat dan mengakui bahwa peranan kerajaan Belanda dalamn sejarah TIDAK BERES!. Ingat peranan VOC di Asia, di Indonesia, di Suriname, kata Bart. Dan di Afrika ,kataku. /

Cakap-cakap kami berlangsung terus. Berkisar pada tingkat seni MUSICAL, Sendra-Tari, di Belanda dengan tokoh Joop van den Ende, jutawan yang telah memberikan perhatian dan sumbangan besar bagi perkembangan seni Musical di Bel;anda. Menurut Bart yang dikenal banyak orang adalah Musical yang Spektakuler, besar dan megah. Padahal di Belanda banyak musicals yang ukuran sedang dan kecil. Memainkan peranan penting dalam kehidupan budaya bangsa, kata Baart./


/Lalu disinggung pula sekitar literatur modern dinegeri ini. Aku sudah membaca buku sastrawan kawakan Belanda HARRY MULICH, dengan karyanya DE AANSLAG, yang kemudian dibikin filmnya. Ya, karya sastra dan film itu, bagus, kataku. Aku sudah membaca bukunya dan melihat filmnya. Ya, ya, kata Bart memang Harry Mulich adalah seorang penulis ulung Belanda.
 
* * *
 
Banyak lagi yang kami perkakapkan. Menarik cakap-cakap dengan orang yang mengetahui situasi negerinya. Kta bisa memper;luas horizon pengetahuan megenai negeri Belanda dan kehidupan rakyatnya. Bisa banyak belajar!
Memasuki masa pensiunnya, Bart Dieho punya rencana untuk menulis buku bersama temannnya. Bagus, kataku.

Aku ceritanya bahwa aku juga sedang siap-siap untuk menulis lagi sebuah buku. Wah, katanya pada umur lanjut Anda masih bersemangat, /
Aku bilang, IT KEEPS ME ALIVE!!
Betul-betul, kata Bart, sambil mengangguk-angguk. Itu berlaku juga bagi saya, katanya.

/* * */





No comments: