Tuesday, May 7, 2013

*Kolom IBRAHIM ISA*

*Selasa, 30 April 2013**

------------------------*



*A.H.O.K. -- AHOK *

*(A)was (H)antu (O)rang (K)omunis*

**



** * **


Seperti biasa, aku selalu berkonsultasi tanya pendapat kawan, bagaimana fikirannya mengenai tema yang akan kutulis dalam Kolom hari itu. Pagi itu kutanya a.l. Murti: Kubilang : -- Aku akan menulis sebuah kolom dengan judul: AHOK, "A*was Hantu Orang Komunis (AHOK)"*. Tahu 'kan Ahok, Wagub DKI? Baru-baru ini beliau menyatakan bahwa rahayat yang menentang rumahnya digusur di Pluit, dan mengajukan tuntutan sesuai rasa keadilan mereka --- *SEBAGAI KOMUNIS. *


Reaksi masyarakat --- "marah, kecewa, keras dan tajam", kataku. Umumnya menganggap pernyataan Ahok itu, sebagai *STIGMATISASI* tertuju pada rakyat yang menentang kebijakannya di Pluit.


Tanggapan Murti:

Ya, tahu. . . . Tapi, . . .Apa judul kolom itu tidak "keterlaluan"? Maksudnya: "Terlalu Kasar", "agresif" dan, ya. "tidak etis".


Memang, kataku, kelihatannya seperti "menghina", "mempermainkan" nama (baik) pribadi seseorang . . . . apalagi yang bersangkutan adalah seorang Wagub DKI, seperi AHOK. Bisa-bisa diseret ke pengadilan dituduh terlibat uu anti-"blasphemy", . . "menghina" atau "memfitnah" nama baik seseorang.


Coba renungkan sejenak: Apa yang dilakukan AHOK dengan *stigmatisasinya* terhadap rakyat yang menuntut perlakuan adil dari pejabat, tidakkah hal itu

suatu serangan mendadak yang jauh melebihi makian kata-kata kasar sehari-hari . . . *Tuduhannya adalah "kalian Komunis"*. Disini, bukankah Ahok menginstimidasi, menakut-nakuti rakyat dengan "hantoe Komunis" yang semua tahu tidak ada samasekali. Memang begitulah 'peringatan' yang dinyatakan AHOK , .. . . "Awas Hantoe Orang Komunis"! -- A.H.O.K.


. * * *


Sebuah harian Jakarta, yang bisa digolongkan "moderat", "Sinar Harapan" memberitakan bahwa, ***Wakil Gubernur DKI Jakarta, -- Basuki Tjahaja Purnama, atau Ahok menyebut rakyat di bantaran Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, yang menolak digusur sebagai komunis. *


Selanjutnya SH:

"Pernyataan Ahok tersebut sangat disesalkan banyak pihak. Sebagai seorang pemimpin, *Ahok tidak semestinya gampang memberikan stigma kepada rakyatnya sendiri. *


"Seorang warga Jakarta Timur, Frimatus Dedy mengatakan, tindakan Ahok sebenarnya tidak beda jauh dengan mantan Presiden Soeharto. Orang yang berkuasa selama 32 tahun itu *dengan mudah menggunakan stigma komunis kepada rakyat yang mengritik kebijakannya. *


Lanjut Deddy, *"Sebentar lagi Ahok tidak akan beda dengan Soeharto. Dia gunakan kekuasaannya untuk menstigma rakyatnya, sekalipun rakyat itu jadi korban atas kebijakannya".*


Lebih serius lagi: Staf Khusus Presiden Andi Arief juga mengkritik pernyataan Ahok. Menurutnya, menjadi seorang pemimpin bukan berarti memiliki tiket mengatasi persoalan masyarakat dengan gampang. Sebaliknya, pemimpin perlu menggunakan cara yang tepat untuk mengatasi persoalan, bukan menggunakan ancaman atau stigmatisasi.


* * *


Kiranya Ahok, sebagai seorang cendekiawan yang punya pengalaman sebagai pejabat daerah, tahu apa arti *"Stigmatisasi"* , sebuah kata asal asing ? Mari kita coba satukan pemahaman kita tentang arti kata *STIGMATISASI*. Menurut kamus "An English-Indonesian Dictionary, By John M. Echols And Hssan Shadily, (Penerbit Cornell University Press Itahaca and London, Cooyright 1975) , *STIGMATISASI* artinya: *Noda, cacad*. STIGMATIZE artinya merupakan noda . . . menodai...


Menurut Kamuus Nederlands-Indonesisch WOORDENBOEK, Oleh Susi Moeimam en Hein Strinhaver. Penerbit KITV, 2004, STIGMATISEREN, artinya, *menstigmatisasi, menyatakan seorang sebagai PENJAHAT. *


Menurut Kamus Besar BAHASA INDONESIA, Pusat Bahasa, Edisi Keempat, Departemen Pendidikan Nasional; Penerbit |PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta 2008: Arti kata

STIGMA, adalah n. *ciri negatif yang menempel pd pribadi seseorang krn pengaruh lingkungannya. *


Dengan demikian, --- apa yang dinyatakan Ahok yang menuding rakyat sebagai Komunis, adalah suatu tuduhan yang teramat serius dan tendensius. Apalagi bila dingat bahwa mayoritas rakyat Jakarta memberikan kepercayaan kepada Ahok mendampingi Jokowi untuk memimpin Jakarta.


** * **


Sungguh serius kesalahan yang dilakukan oleh AHOK dengan ucapannya bahwa rakyat yang menolak digusur sebagai*KOMUNIS*? Ucapan AHOK bukan kesalahan biasa. Itu suatu *POLITIEKE BLUNDER*, kata orang Belanda. Suatu kesalahan bodoh, suatu ketololan besar.


Disadari atau tidak, AHOK telah "terjerumus" ke dalam "jargon politik" rezim Orba.


Segala sesuatu yang menentang recim Orba dan politiknya, yang tidak disukai Presiden Suharto, atau tidak disetujuinya, dipukul rata, mereka itu adalah KOMUNIS! Ini suatu cara yang paling gampang, keji dan rendah, untuk mendiskreditkan dan menghancurkan oposisi.


Mestinya cara seperti itu itu hanya bisa terjadi di periode rezim Orba. Masyarakat berkembang dan maju terus. Masyarakat dewasa ini tidak bisa lagi menerima cara menstigmatisasi lawan politik dengqan MOMOK KOMUNIS. Dalam sejarah menstigmatisasi lawan sebagai Komunis, sangat sering dipakai oleh seorang senator Mc Carthy dari AS, pada periode marak-maraknya "Perang Dingin". Persekusi McCarthisme terhadap segala sesuatu yang berbau Komunis, telah menyebabkan a.l, Charlie Chaplin, pelawak ulung yang anti-fasis dan anti- Hiteler, ---- terpaksa meninggalkan Hollywood. AS. Banyak lagi, kaum intelektuil, seniman dan demokrat Amerika mengalami nasib sama seperti Charlie Chaplin. Atau tiarap dan bungkam untuk sementara . . . .


* * *


Menjelang dan selama berkuasanya rezim fasis Hitler, stigmatisasi anti-Komunis terutama digunakan oleh Hitler untuk mennghancurkan lawan politiknya. Gedung Reichstag di Berlin (Parlemen), dibakar oleh pengikut Hitler. Lalu Komunis Dimitrov difitnah. Ia dituduh pelaku pembakaran Reichstag. Dimitrov dipersekusi Hitler.


Selama Perang Dunia II, peranan gerakan perlawanan bersenjata dan yang di bawah tanah, terutama di Perancis dan Itali (sebelumnya di spanyol), sebagian tidak kecil dilakukan orang para anggota Partai Komunis negeri-negeri tsb. Juga di Belanda para partisan gerakan perlawanan bersenjata melawan pendudukan Jerman Hitler, tidak sedikit yang anggota CPN (Partai Komunis Nederland) dan simpatisannya. Ini fakta-fakta sejarah!!


Dengan demikian, menuduh lawan politik sebagai Komunis, pasti bukan merupakan senjata ampuh untuk menindas lawan politik yang menentang kebijakan sewenang-wenang dari penguasa.


* * *


Chan CT dari Gelora45, menandaskan: bahwa *klarifikasi yang diberikan Ahok atas pernyataan warga Waduk Pluit yang digusur sebagai Komunis, tetap tidak bisa dibenarkan! *Sikap ngotot mempertahankan rumah yang dibangun dilahan negara demikian, sedikitpun tidak ada hubungan dengan ideologi komunis. . . . Komunis dahulu merampas kelebihan tanah milik tuan tanah dan dibagikan pada tani miskin, tani penggarap, ...


Staf Khusus Presiden Andi Arief a.l menyatakan: Menjadi seorang pemimpin bukan berarti memiliki tiket mengatasi persoalan masyarakat dengan gampang. Sebaliknya, pemimpin perlu menggunakan cara yang tepat untuk mengatasi persoalan, bukan menggunakan ancaman atau stigmatisasi. . . . . menyebut rakyatnya dengan stigma komunis, menggambarkan ia kehilangan akal menjadi pemimpin. Ini hal serius. . . .


. .. . . . Kebiasaan masyarakat mempertahankan tanahnya merupakan sebuah kepastian. Oleh karena itu, perlu pendekatan, bukan justru melakukan serangan pagi-pagi dengan menyebut mereka yang ingin mempertahankan tanah dengan ganti rugi disebut komunis. Entah apa yang dipikirkan Ahok saat keluar kata tak pantas itu. Harusnya dia ingat 'tuntutlah ilmu sampai negeri China'. *Pembebasan tanah untuk infrastruktur terbaik di dunia dilakukan di China oleh pemerintahan komunis dan masyarakat yang mayoritas komunis . *


"Perbuatan Ahok tidak beda dengan perbuatan mengandung rasisme yang Kini, dalam bentuk lain dia gunakan senjata stigma komunis kepada rakyat yang membela kepentingannya. Demikian Andi Arief.


* * *


*Tidak ada jalan lain bagi AHOK untuk dengan rendah hati mengakui kesalahan seriusnya menstigmatisasi rakyat sebagai Komnis, MINTA MAAF, serta selanjutanya, benar-benar berintdak sesuai dengan harapan rakyat kecil. *


* * *




No comments: