Friday, May 24, 2013

*Kolom IBRAHIM ISA*
*Jum'at, 17 Mei 2013*
--------------------


*PALESTINA FOCUS -- : *

*Moh. ASSAF “PERSATUKAN” . . . “GAZA” Dan “RAMALLAH”*


*
*

* * *

Seni - Kesenian – dan manifestasi Budaya lainnya . . . sering dikatakan punya kekuatan penerobosan tak terbatas. Seni, apakah itu sastra, musik, lukisan, pahatan atau lainnya, punya kekuatan lintas bangsa, lintas bahasa, lintas usia dan . . . tak jarang . . juga lintas perbedaan politik.



Tanpa disadari aku terkenang pada periode ketika kami, rombongan band-musik Indonesia di Jakarta, atas pengaturan Ibu Erna Djajadiningrat dari Komite Korban Politik yang beroperasi di daerah pendudukan Belanda (1949), – – - bisa dapat izin masuk pelbagai penjara Belanda.



Rombongan musik kami dapat “izin” fihak militer Belanda daerah pendudukan, untuk berkunjung ke pelbagai penjara untuk menghibur kawan-kawan kita (TNI, Laskar dll) yang ditawan Belanda di penjara-penjara derah Jakarta. Meskipun antara “mereka” dan “kami” suasananya cukup tegang, namun sikap anggotga-anggota Koninklijke Leger, KL, yang bertugas disitu, tidak kaku dan tidak bermusuhan. Kamipun mengambil sikap biasa-biasa saja.



* * *



Kami mulai main musik dan menyanyi bersama kawan-kawan yang dipenjarakan di situ. Suasana kaku berubah jadi santai dan gembira. Di luar dugaan, serdadu-serdadu KL itu “minta izin” ikut main musik dan bernyanyi bersama kami. Tanpa ragu kami sambut. Suasana berubah meriah. Kami, yang main musik, kawan-kawan yang ditawan Belanda dan para anggota tentara Belada itu menyanyi dan bermusik bersama. Sejenak hilang seperti ditiup angin kencang, perasaan bahwa sebenarnya Belanda itu musuh kita. Serdadu-serdadu Belanda itu juga seakan-akan lupa bahwa kami-kami itu adalah lawannya berlaga di medan tempur.



Itulah contoh kecil, betapa, dalam hal ini seni musik itu , bisa menerobos sekat politik dan bangsa di penjara ketika itu. Meski tidak lama, sebentar sekali . . . tapi hal itu tokh terjadi. Itu yang kualami sendiri, 63 tahun yang lalu.



* * *



Pagi ini kuterima masukan sebuah “youtube” dari Sari Amalia, cucu kami, yang bekerja sebagai sektetaris di Kedutaan Besar Palestina di Jakarta. Isinya (The Straits Time Entertainment, 17 Mei 2013): --WATCH: “Arab Idol's first contestant from Gaza grabs spotlight”. “Kontestan Idola Arab pertama dari Gaza merebut perhatian publik”



Terima kasih sekali kepada Sari Amalia. Dari kiriman itu bisa dinikmati suara merdu pemuda Palestina dari Gaza, MOH. ASSAF, (22). Assaf^. mempersembahkan lagunya. Lagu Arab. Dan ia bernyanyi tanpa berpakaian jubah dan sorban. http://bit.ly/12FNDsy
>



Aduh Mak, merdunya suara Assaf mengalun merasuk sanubari.



Kenanganku melayang ke puluhan tahun yang lalu ketika kami sekeluarga berdomisili di Cairo, Mesir. Pada waktu-waktu ketika kami sekeluarga, dengan asyik mendengarkan penyanyi ulung dan terkenal di Mesir dan dunia Arab,*Um Kalthum*, bernyanyi di muka ribuan orang yang disiarkan lewat TV dan Radio. Um Kalthum terkenal sering menyanyikan lagu-lagu patriotik rakyat Arab yang melawan feodalisme dan imperialisme.



* * *



Moh Assaf adalah seorang mahasiswa di sebuah perguruan inggi di Gaza, Palestina. Ia menjadi terkenal di dunia Arab dan Timur Tengah ketika ia ambil bagian dalam kontestan “Arab Idol”, di Cairo, Mesir. Bukan saja suaranya yang merdu dan mengalun, tetapi, --- mungkin ini lebih-lebih lag --- , karena ia menyanyikan lagu-lagu patriotik Palestina. Moh. Assaf amat populer di kalangan keluarga-keluarga Palestina di West Bank (Tepian Barat) Palestina, maupun di Gaza, Palestina.

Potretnya terpajang dimana-mana. Di kedai-kedai, restoran-restoran, hotel-hotel, di tempat-tempat pertemuan dan di rumah-rumah para keluarga Palestina, Assaf telah menjadi Idolanya orang-orang Palestina dan banyak negeri di Timur Tengah.



Tidak mudah bagi Assaf sebagai penduduk Gaza yang berada di bawah pemerintahan dari Partai Islam Hammas, yang berlawanan dengan pemerintahan Palestina di bawah Presiden Abbas di Tepian Barat. Assaf harus melintasi daerah perbatasan Israel Mesir untuk tiba di Cairo dan ambil bagian dalam kontest “Arab Idol” di Cairo. Ia tidak punya visa untuk melintasi perbatsan. Tetapi para pejabat Palestina di Gaza dan Ramallah, membikin pengaturan khusus untuk memungkinkan Assaf masuk Mesir dan berkontes ti Cairo. Perjalanan yang berjarak 403 km dari rumahnya di Gaza sampai ke Cairo itu ditempuhnya dalam dua hari – dua malam. Tetapi semua kendala bisa diatasinya.



Itu adalah berkat adanya simpati dan kerjasama antara berbagai pejabat di Gaza dan Tepian Barat serta di Mesir. Assaf orang-orang Palestina di Tepian Barat dan di Gaza bisa juga b e r s a t u: --- membantu Assaf agar bisa ambil bagian dalam kontes di Cairo.



Komentar MBC menunjuk pada keberhasilan Mohammad Assaf, mendekatkan para pejabat di Gaza dan Ramallah (ibukota Tepian Barat Palestina), suatu hal yang belum bisa dicapai oleh para politisi di kedua wilayuah Palestina yang bertentangan. Negeri-negeri dan rakyat-rakyat mancanegara yang selama ini terus mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk suatu PALESTINA MERDEKA, bebas dari pendudukan Israel, ---- sangat mengharapkan agar kedua pemerintahan Palestina, yang di Gaza dan yang di Tepian Barat, bisa bersatu dan berjuang bersama untuk cita-cita bersama rakyat dan bangsa Palestina.



Sari Amalia, tepat sekali berkomentar: Assaf dengan agu-lagu Palestina patriotik yang disuarakannya BERHASIL. Tulis Sari: *“Breaking all the barriers.. . . . .music is indeed universal”. Musik telah mendobrak semua rintangan . . . . . musik itu sungguh universal!!*



Ketika menilpun Assaf dari Ramallah, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa ia menegaskan dukungannya kepada penyanyi Assaf . Abbas mengatatakan bahwa, *Assaf telah membikin bangsa Palestina bangga memberikan dukungan dan suranya untuk Assaf.*



* * *




No comments: