Monday, April 2, 2007

IBRAHIM ISA - BERDUKACITA KEHILANGAN 'ZUS BED'

IBRAHIM ISA
-----------
04 DES 2006

BERDUKACITA KEHILANGAN 'ZUS BED'
---------------------------------
(E-mail dari Ani Babang)
Datuk & Andung sekeluarga, terima kasih ceritanya tentang Ibu, saya jadi menangis lagi ingat Ibu. Saya tidak bisa sekaligus baca cerita Datuk, harus berhenti dulu beberapa kali karena kalau diteruskan air mata saya mengalir lagi. Saya teruskan cerita Datuk ke Tante Hera dan Mama, sebagai kenang-kenangan yang tidak terlupakan.

Sewaktu mendengar Ibu meninggal rasanya seperti mimpi. Baru beberapa jam sebelumnya saya masih cium tangan Ibu yang memang sudah terasa dingin. Menurut saya waktu itu wajah Ibu sudah terlihat pucat, seperti ada yang aneh tapi saya tidak tahu apa yang membuat Ibu terlihat aneh. Satu kalimat Ibu yang terakhir untuk saya "Terima kasih ya Ni", atas sabun dan shampo yang saya belikan setiap bulan untuk Ibu. Rupanya itulah yang terakhir, sabun dan shampo yang saya belikan masih utuh di kamar mandi Ibu. Tapi saya bersyukur masih sempat mencium tangan Ibu terakhir kalinya, demikian juga anak-anak.

Datuk & Andung, pemakaman Ibu berjalan sangat lancar. Mulai dari dimandikan sampai disholatkan di masjid Ummul Shakinah tidak ada halangan apa-apa. Kami, cucu-cucunya ikut langsung memandikan Ibu di halaman samping. Tiba di masjid, kami mengaji Yassin dilanjutkan sholat Zhuhur dan sholat jenazah karena memang sudah tiba waktu sholat. Jenazah Ibu kemudian langsung dibawa ke makam dan semuanya selesai jam 13.30. Proses yang cepat dan lancar, mungkin karena amal Ibu yang besar di waktu hidupnya.

Begitu Datuk & Andung cerita di hari Minggu kemarin. Semoga Datuk & Andung sehat selalu, sempat ke Indonesia dan kita bisa ketemu lagi. Kami yang kangen di Jakarta, Ani & Babang.


IBRAHIM ISA --- 'ZUS BED' - ZUBAIDAH ABDULLAH ISA (90th) Telah
BERPULANG KE RAHMATULLAH


IBRAHIM ISA

04 Des 2006


'ZUS BED' - ZUBAIDAH ABDULLAH ISA (90th)

Telah BERPULANG KE RAHMATULLAH


* * *


Dari Hidup Beliau yang Patut Diteladani!

Berita duka itu, meninggalnya kakak iparku H. Zubaidah Abdullah, ---
kuterima pertama-tama melalui tilpun dari Babang (Syarif Bastari), putra
tertua Farida dan Husni Bastari, cucu kami di Jakarta. Lonceng di
dinding ketika itu, menunjukkan jam 00.30 lewat tengah malam, waktu
Nederland, tanggal 03 Desember 2006 .


Beberapa jam kemudian kemenakanda Iskandar Isa (Andrée), putra kedua
Zulkifli Isa dengan Aisyah, Jakarta, mengirimkan e-mail ke alamatku
dengan berita duka yang sama.


'Zus Bed' Abdullah kemarin pagi telah meninggal dunia' , pada jam 03 00
pagi, tanggal 03 Desember 2006, waktu WIB, di rumah sakit', kata Babang.
Hari itu beliau menjenguk putrinda, Hera, tiba-tiba Zus Bed (begitulah
sapaanku pada kakak iparku itu) mendapat serangan sesak nafas, kemudian
segera dibawa ke rumah sakit. Tak lama kemudian beliau meninggal dunia'.
Menurut rencana akan dimakamkan pada hari Minggu juga di pekuburan
Karet, Jakarta, ditempatkan disisi makam suami beliau, ---- abangku
ABDULLAH ISA.


Berita duka dari Jakarta itu kami terima dengan teramat sedih. Lebih
sedih lagi, karena kami tidak bisa ikut serta menghadiri pemakaman
beliau, yang dilakukan pada sore hari, tanggal 03 Desember 2006.
Sungguh, kami semuanya dalam keadaan dukacita. Secepat kilat terbayang
wajah Zus Bed yang ramah dan tenang duduk dikursinya di ruang tamu, di
rumah Jalan Maluku 33, Jakarta. Di situlah beliau biasa duduk-duduk
bersama anak-cucu dan cicit, sambil menyaksikan acara TV dari jarak yang
agak jauh. Bayangan kenangan itu tak mudah hilang. Ia selalu
muncul-muncul lagi dalam ingatanku.


* * *


Dalam suasana yang diliputi kesedihan, kami keluarga besar Ibrahim Isa,
yang ada di Eropah, yang berjumlah 17 orang, ingin segera meneruskan
rasa belasungkawa sedalam-dalamnya kepada putri-putri dan putra beliau
MARYAM DARTO, FARIDA HUSNI, UDIN DAN HERA – beserta seluruh keluarga mereka.


Selama hidup beliau, Zus Bed, adalah teman hidup setia suami beliau,
abangku: ABDULLAH ISA. Aku ingat pada hari-hari pertama kemerdekaan
Indonesia (1945-46), ketika masih di Jakarta. Ketika itu di Jakarta,
sering terjadi pertempuran antara pemuda-pemuda kita melawan tentara
NICA. Karena persenjataan Belanda lebih modern, jumlahnya bertambah
terus dan dibantu pula oleh tentara Inggris, maka berangsur-angsur
Jakarta diduduki tentara NICA (Tentara kolonial Belanda). Sekitar waktu
itulah rumah keluarga Do Tjik (Abdullah Isa, abangku itu, kami
adik-adiknya menyapanya dengan nama DO TJIK, artinya Udo Ketjik, Abang
Kecil),

--- diserbu oleh tentara NICA yang datang dari Batalyon-10. Batlyon 10
terkenal seram dan serdadu-serdadunya kejam sekali, lebih kejam dari
tentara Belanda yang bu'le. Mereka mengobrak-abrik dan merampok seluruh
isi rumah keluarga Abdullah Isa, di Jalan Hospitaal, di seberang kampung
Kwitang. Untung saja, keluarga Abdullah Isa sudah menyingkir dari situ.


Mereka sekeluarga selamat, tetapi seluruh harta kekayaan yang masih
dimiliki, hasil usaha dagang selama pendudukan Jepang, yaitu 'Toko
Madju', ludes dirampok NICA. Dalam keadaan yang sulit itu mereka
'tetiré, kata orang Jakarta, artinya, 'mengungsi', ke Tjirebon. Di kota
udang itu, merka untung dapat pemondokan di pavilyun rumah Haji
Syamsuddin yang murah hati. Keluarga Isa kenal baik dengan Haji
Syamsuddin, orang kaya Tjirebon pemilik pabrik tekstil Tjirebon. Karena,
putra-putra Haji Syamsuddin, yang pada belajar di Jakarta selama masa
pendudukan Jepang, mondoknya a.l. di rumah keluarga besar Isa.
Putra-putra Haji Syamsudin di rumah kami seperti keluarga kami saja.
Maka hubungan kami seperti dengan keluarga sendiri.


Dalam keadaan yang sulit demikian itu, pada saat rumah dan kekayaan
habis dirampok oleh serdadu Belanda, Zus Bed dengan tabah mengurus
anak-anaknya yang masih kecil-kecil, dan mendampingi sang suami dengan
kesetiaan dan pengabdian yang setulus-tulusnya.



* * *


Ketika suasana Jakarta sudah lebih tenang, dan sang suami Abdullah Isa,
bisa kembali ke Jakarta dan memulai usaha dagangnyya, meneruskan usaha
'Toko Madju' mereka, serta meluaskan usahanya menjadi 'Percetakan Madju
NV', Zus Bed, sebagai istri, tidak sekadar mengurus rumah tangga dan
anak-anak, tetapi juga aktif membantu suaminya (dari samping) dalam
usaha dagang itu.


* * *


Selama hidup beliau, aku ingat-ingat paling tidak ada beberapa sifat
atau kebiasaan Zus Bed, yang baik dijadikan suri teladan, bagai keluarga
besar kita, dan bagi siapapun yang menganggapnya baik. dicontoh.


Satu diantaranya:

Ialah, kepedulian pribadi beliau dengan masing-masing dan setiap
keluarga besar kita. Aku ingat betul, ketika pada zaman pendudukan
Jepang, keluarga Ayah dan Ibu kami, hidupnya sulit, serba kekurangan,
maka Do Tjik dan Zus Bed selalu membantu meringankan kesulitan yang kami
hadapi, khususnya masalah pangan. Zus Bed bersama suami beliau, sering
memberikan bantuan finansil pada Ba dan Ma' – pada Ayah dan Ibu kami
yang sudah tua waktu itu.

Selain itu kepedualiannya itu dimanifestasikan dengan cara Zus Beda,
yang secara reguler 'menengok' anggota-anggota keluarga besar kita. Bila
Murti dan Aku berkunjung ke Indonesia dari Holland --- Zus Beda selalu
mengajak bersama beliau di mobilnya, untuk mengunjungi anggota-anggota
keluarga besar kita, yang kadang-kadang tinggalnya agak terpencil, dan
kurang berada di banding dengan yang lainnya.


Ya, dengan caranya sendiri, sesungguhnya Zus Bed mengajak yang
lain-lain, mendidik kami agar selalu memperhatikan serta berkepedulian
terhadap anggota keluarga-besar yang tinggal agak terpencil atau yang
peri hidunya kebetulan tidak semakmur yang lainnya. Atau bila ada yang
sedang sakit.


* * *


Yang juga tak kulupakan bagaimana Zus Bed menggunakan harta warisan yang
diperolehnya dari suaminya, Do Tjik, selain untuk keperluan kehidupan
sendiri agar tidak tergantung pada anak-anak,

adalah menghibahkannya pada proyek PEMBANGUNAN MESJID KELUARGA BESAR.
Berkat sumbangan beliau yang tidak kecil, bersama-sama dengan anggota
keluarga lainnya, khususnya putrinya – Farida Husni sekeluarga --
berhasillah dibangun Mesjid Ummul Ballkiah di Jalan Paseban, Jakarta.
Sebuah mesjid modern, yang bisa memuat ratusan jemaah, bila digelar
tikar ke halamannya, dilengkapi dengan sebuah perpustakaan Islam serta
sebuah asrama bagi pemondokan mahasiswi-mahasiswi yang datang ke Jakarta
untuk belajar.


Kebetulan kami suami istri, bahagia bisa ikut membuka dan meresmikan
berdirinya Mesjid Ummul Balkiah di Jalan Paseban, Jakarta.


* * *


IMAN PADA TUHAN SWT DAN AJARAN AGAMA


Zus Bed pernah berita, bagaimana keyakinan kepada Tuhan SWT dan ajaran
agama Islam, telah menolong beliau dari kesedihan dan kesulitan yang
timbul karena musibah bertubi-tubi yang diderita keluarga Abdullah Isa.
Pertama adalah meninggalnya dengan tiba-tiba suami beliau, Abdullah Isa,
karena kecelakaan pesawat terbang pada tahun tujuhpuluhan. Bukan alang
kepalang nasib malang yang dideritanya. Hancur luluh rasa hatinya, sulit
melihat bagaimana hidup selanjutnya tanpa suami yang dikasihinya. Tidak
lama sesudah itu, datang lagi musibah lainnya, yaitu dengan meninggalnya
(juga dengan mendadak) putri ketiga NONON, pada waktu melahirkan bayinya
yang peretamanya. Tak lama sesudah itu, suami Nonon yang meningal itu,
juga menghilang tak tahu rimbanya.


Tak tertahankan lagi penderitaan bertubi-tubi yang dideritanya.

Apa yang menyelamatkan Zus Bed dari ancaman depresif karena musibah
bertubi-tubi itu. Tak lain, adalah tawakkal pada Allah SWT, dan
ajaran-ajaran agama yang dengan rajin diikutinya melalui pelbagai usaha
belajar-bersama.


'Kalau tidak ada keyakinan dan kuat iman serta selalu tawakkal pada
ALLAH SWT dan agama, Zus Bed sudah bisa jadi gila' ----- begitu ceritera
kakak iparku Zus Bed padaku, ketika kami berkunjung ke Jakarta beberapa
tahun yang lalu. Aku tidak tahu sebelumnya apa yang dialami kakak iparku
itu. Karena ketika musibah-musibah itu menimpa keluarga Abdullah Isa,
aku sekeluarga tidak berada di Indonesia. Kami diluarnegeri.


* * *


Kini Zus Bed, sudah tiada.

Inna Lillaahi wa Inna Ilaihi Raajiuun!.

Semoga arwah beliau diterima oleh Allah SWT di sisi beliau.

Amien, ya rabbul alamien!


* * *








-- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.409 / Virus Database: 268.15.6/566 - Release Date: 3-12-2006

No comments: