Monday, April 2, 2007

Kolom IBRAHIM ISA -- Kabinet BELANDA - Pasca PEMILU

*Kolom IBRAHIM ISA*

*Sabtu, 24 Februari 2007*


*Kabinet BELANDA - Pasca PEMILU*

**


Kemis, 22 Februari 2007 yang lalu, Ratu Beatrix dari Kerajaan Belanda, meresmikan pemerintahan baru Kerajaan Belanda, i.e. Kabinet Balkenende IV. Kabinet baru ini adalah hasil pemilu November 2006 yang lalu. Menurut pendapat yang agak umum, para pemilih akhir tahun lalu itu, telah menyerukan -- 'stop' terhadap politik pemerintah yang dianggap Kanan, tidak 'manusiawi', khususnya terhadap kaum migran, anti-orang asing dan a-sosial.


* * *


Bila kita melihat jauh ke Amerika Latin, pergeseran ke Kiri di mancanegara dewasa ini, terkesan menjadi kecenderungan umum. Di satu segi kita lihat Kuba, ba' 'Karang Laut' yang sudah lebih dari 45 tahun berdiri teguh tidak beranjak, tidak gentar dan tidak mundur dari posisi revolusionernya. Dengan teguh menghadapi blokade, intervensi dan subversi AS. Segi lainnya, bisa disaksikan munculnya fenomena Venezuela Hugo Chavez , 'Si Cabai Rawit' yang juga tidak tunduk meskipun digertak ataupun diancam oleh tetangganya yang 'Super Power' itu (AS).


Hugo Chavez malah berani dan berhasil merebut simpati internasional dan menggalang kerjasama dengan tetangganya yang Sosialis, seperti Kuba, atau yang sosdem seperti Bolivia, Chili, Brazil, Mexico dan Argentina, demi mempertahankan kebebasan dan kedaulatan nasional negeri mereka masing-masing, demi membangun suatu ekonomi nasional yang bebas dari kekuasaan modal asing. Tak bisa disembunyikan lagi, bahwa Presiden Bush benar-benar dibikin pusing: Politik Irak-nya tak punya haridepan samasekali. Lagipula pada pokoknya sudah tidak dibenarkan rakyat, termasuk oleh banyak orang-orang partainya sendiri. Sedangkan negeri-negeri Amerika Latin, yang sering dikatakan sebagai 'halaman-belakang'- nya AS, semakin bergejolak karena kemenangan-kemenangan kekuatan politik Kiri dalam pemilu yang diperoleh di serentetetan negeri-negeri Amerika Latin.


* * *

Hendak ditinjau dari jurusan manapun, -- biar bagaimanapun tidak sukanya golongan Kanan Belanda, ----- nyatanya pemerintah Balkendende-IV (B-IV) ini yang berkoalisi dengan Partai Buruhnya Wouter Bos dan Christen Unie-nya Rouvoet, mengenai hal- hal penting, menempuh politik yang kebalikan dari kebijakan politik Kabinet Balkenende III (Kebinet Minoritas, koalisi CDA-VVD, Juni '06 – Februari 2007), Kabinet BII (Koalisi CDA-VVD-D66, 27 Mei, '03 – 30 Juni '06), dan Kabinet BI (Koalisi CDA-LPF-VVD, Juli 2002 – Oktober 2002). Kabinet-kabinet yang lalu itu, adalah kabinet Tengah-Kanan. Pemerintah Balkenende IV sekarang ini, seperti dinyatakan oleh banyak pengamat politik Belanda, adalah pemerintahan yang bisa disebut sebagai Tengah-Kiri, terdiri dari partai Krtisten Demokrat (CDA), partai buruh PvdA, dan partai demokrat Uni Kristen (Christen Unie).


Namun, akan keliru pula bila dianggap bahwa, pemerintah Balkenende IV-Bos-Rouvoet ini suatu pemerintah yang benar-benar progresif atau pemerintah yung benar-benar Kiri seperti pemerintahan Perancis pada periode pertama pemerintah Presiden Mitterand dari Partai Sosialis.


Politik yang dikatakan cenderung ke Kanan dari pimpinan CDA dalam kabinet-kabinet yang lalu adalah pemerintahan yang menomorsatukan pertumbuhan ekonomi, yang dengan sendirinya lebih mengutamakan urusan modal, diatas perbaikan kehidupan sosial kaum pekerja atau karyawan secara umum. Dikatakan menomorsatukan penciptakan syarat agar ekonomi Belanda mampu bersaing di dunia internasional. Menomorsatukan privatisasi dan ditekannya kenaikan upah buruh (kasar).


Kabinet-kabinet Balkenende I , B-II, dan B-III yang lalu, ----- oleh anggota-anggota partai CDA sendiri, oleh 'rank and file'-nya CDA sendiri, banyak dikecam. Para 'rank and file' partai itu menuntut agar pimpinan CDA yang Kristen itu, yang punya tanggung jawag utama dalam pemerintahan tsb, seharusnya menampakkan wajah Kristen yang sosial dan manusiawi serta solidaritas. Mereka beranggapan bahwa arah politik kabinet-kabinet lalu dibawah PM Balkenende itu, didominasi oleh politik partai liberal demokrat VVD yang Kanan, dan oleh golongan Kanan pimpinan CDA sendiri.


Dikatakan bahwa pemilu akhir tahun lalu telah sedikit banyak 'mengkoreksi' kecenderungan Kanan CDA.


* * *


Partai sosdem PvdA, yang di Belanda digolongkan sebagai partai Kiri, (terkadang juga disebut tengah-Kiri) sekali tempo bisa berkoalisi dengan partai Kristen demokrat CDA. Ini terjadi pada periode kabinet-kabinet PM Lubbers. Pada tempo lain seperti pada periode pemerintah Pelangi Perdana Menteri Kok 1 dan Kok II, PvdA menyisihkan partai Kristen demokrat CDA, dan berkoalisi dengan partai liberal demokrat VVD (yang Kanan itu). Memang aneh kelihatannya, tetapi itulah kenyataan kehidupan perpolitikan Belanda.


Meskipun aneh, tetapi harus diakui, segala sesuatu mengenai pembentukan pemerintahan Belanda, semuanya dari mula sampai akhir, pada pokoknya berlangsung menurut aturan, menurut hukum. Transparan dan demokratis.


*Paling tidak mengenai hal ini Indonesia bisa belajar dari Belanda. Mudah-mudahan saja KBRI Den Haag membuat suatu laporan dan analisis yang sesuai mengenai proses pembentukan pemerintahan Belanda sesudah pemilu belakangan in*i. Agar laporan dan analisis itu dikirimkan bukan saja kepada Kemlu RI di Pejambon, tetapi juga kepada DPR dan pelbagai lembaga-lembaga studi untuk jadi bahan pelajaran.


Juga bisa disaksikan bahwa wajah pemerintahan Belanda, sekali tempo Tengah-Kanan, tempo lain Tengah-Kiri, pada waktu lain lagi Pelangi, bukan Kiri juga tidak Kanan. Puluhan tahun belakangan ini tak pernah ada pemerintah Beladna yang seratus persen Kanan apalagi seratus persen Kiri.


Partai Kristen demokrat CDA, pada suatu waktu, meninggalkan Partai Buruh, dan berkoalisi dengan VVD, seperti pada periode kabinet Balkenende I, II dan III. Dewasa ini CDA berkoalisi dengan PvdA yang dianggap Kiri, dan menyisihkan VVD.


Memang orang bisa berubah! Tidak bisa tidak harus menyesuaikan fikirannya dengan perubahan nyata yang sudah terjadi. Juga politisi, atau, -- malah j u s t r u politisi, bisa berubah, sebentar begini, sebentar begitu. Sering sikap seperti itu dikatakan 'pragmatisme' dalam politik. Atau barangkali lebih tepat dikatakan bahwa berpolitik itu adalah melakukan seni-berpragmatis.


Masyarakat Belanda samasekali tidak heran, bahwa Peter Balkende selama tiga masa kabinet yang lalu, menjabat sebagai perdana menteri dari suatu pemerintah yang Tengah Kanan, -- namun, sekarang ini sesudah berlangsung pemilu untuk DPR, ia kembali duduk sebagai perdana menteri. Kali ini, sebagai perdana menteri dari suatu pemerintah yang Tengah-Kiri. Barangkali ini juga menunjukkan bahwa Balkendende seorang politisi yang 'realis'. Karena nyatanya politik Kanan pemerintah B-III yang lalu, yang didominasi oleh politik partai liberal demokrat VVD, menonjol dalam masalah perlakuan terhadap kaum migran dan orang-orang Belanda asal asing (alochtoon), cenderung mengurangi anggaran untuk jaminan sosial dan kesehatan rakyat, oleh para pemilih telah d i v o n i s . Partai VVD dengan tokoh Kanannya, Menteri Rita Verdonk, mengalami kemerosotan besar.


Sedangkan partai oposisi Kiri, Partai Sosialis (SP) telah keluar dari pemilu tsb sebagai satu-satunya partai yang menggondol kemenangan terbesar.


* * *


Perlu dicatat bahwa di Belanda ini, pada pokoknya yang memainkan peranan utama, yang memegang kendali, yang menentukan kemana politik negeri diarahkan, adalah dua partai besar. Satu, yaitu partai Kristen Demokrat CDA, satunya lagi adalah partai sosial demokrat Partai Buruh, PvdA. Namun, masing-masing partai tidak pernah menggondol mayoritas mutlak di DPR. Dengan demikian tidakb bisa memerintah sendiri. Maka sekali tempo, dua partai besar ini berkoalisi. Sekali tempo memerintah dengan menyisihkan lainnya, dengan mencari partai (kecil) lainnya untuk diajak berkoalisi.


* * *


Menunjukkan perbedaannya dengan kabinet-kabinet Balkenende yang lalu, diumumka antara lain bahwa,

dalam seratus hari mendatang ini Kabinet akan menggunakan waktu untuk mencapai tujuan-tujuan kongkrit dengan pelbagai organisasi masyarakat. Sebagai contoh, Balkenende menyatakan akan mengadakan perundingan dengan partner-partner sosial mengenai partisipasi buruh dan rencana perundingan dengan kotapraja seluruh negeri untuk bersama mereka memperbaiki lingkungan (hidup).Ditegaskan oleh Perdana Menteri bahwa Kabinet Balkendende IV ini akan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap segala sesuatu menyangkut masalah sosial dan ekologi.


Suatu keistimewaan dari Kabinet Balkendende IV ini, adalah bahwa untuk pertama kalinya duduk di dalam pemerintah Belanda, sebagai Sekretaris Negara Masalah Sosial, seorang alochtoon – Belanda asal Maroko - Ahmed Aboutaleb dari Partai Buruh; dan Sekretaris Negara Justisi, seorang Alochtoon asal Turki, Nebahat Albayrak juga dari Partai Buruh. Segera saja terfikir, bagaimana negeri kita sendiri. Kapan pemerintah Indonesia menempatkan dalam pemerintah pusat, di dalam kabinet, soerang warganegara Indonesia, yang berasal dari etnis-asing, seperti asal etnis Tionghoa, yang selama rezim Orba amat didiskriminasi. Benar, Presiden Suharto pernah menempatkan seorang asal etnis-Tionghoa Bob Hassan sebagai menteri, tetapi sayang, atau, celakanya, ia terkena perkara korupsi sehingga pernah divonis hukuman penjara. Orang bilang, Suharto menempatkan Bob Hassan, sebgai menteri, pertama-tama karena Bob Hassan adalah kroninya Cendana. Lagipula kebijakan Suharto itu punya tujuan lain yang menyangkut kepentingannya sendiri dan keluarga Cendana.


* * *


Kabinet Balkendende IV yang baru ini, diharapkan saja akan lebih baik dari pemerintah-pemerintah sebelumnya. Akan lebih memperhatikan masalah pendidikan, perumahan rakyat, dan kesehatan umum. Akan lebih sosial dan manusiawi terbanding pemerintahan yang lalu.


Semboyan yang diajukan oleh pemerintah baru Belanda ini memang cukup menarik, yaitu:


KERJA BERSAMA --- HIDUP BERSAMA

BEKERJA BERSAMA UNTUK PERKEMBANGAN, RESPEK DAN SOLIDARITAS!


Tidak lain harapan setiap warganegara dan penduduk Belanda, ialah semoga pemerintah

melaksanakan janji-janjinya seperti yang dikemukakan di didalam REGEERACCOORD,

Persetujuan Memerintah Kabinet Balkendende – Bos dan Rouvoet!


* * *

No comments: