Monday, April 2, 2007

IBRAHIM ISA - 'ZUS BED' - ZUBAIDAH ABDULLAH ISA (90th) - Telah BERPULANG KE RAHMATULLAH

IBRAHIM ISA
04 Des 2006
-----------
'ZUS BED' - ZUBAIDAH ABDULLAH ISA (90th)
Telah BERPULANG KE RAHMATULLAH
* * *
Dari Hidup Beliau yang Patut Diteladani!

Berita duka itu, meninggalnya kakak iparku H. Zubaidah Abdullah, --- kuterima pertama-tama melalui tilpun dari Babang (Syarif Bastari), putra tertua Farida dan Husni Bastari, cucu kami di Jakarta. Lonceng di dinding ketika itu, menunjukkan jam 00.30 lewat tengah malam, waktu Nederland, tanggal 03 Desember 2006 .

Beberapa jam kemudian kemenakanda Iskandar Isa (Andrée), putra kedua Zulkifli Isa dengan Aisyah, Jakarta, mengirimkan e-mail ke alamatku dengan berita duka yang sama.

'Zus Bed' Abdullah kemarin pagi telah meninggal dunia' , pada jam 03 00 pagi, tanggal 03 Desember 2006, waktu WIB, di rumah sakit', kata Babang. Hari itu beliau menjenguk putrinda, Hera, tiba-tiba Zus Bed (begitulah sapaanku pada kakak iparku itu) mendapat serangan sesak nafas, kemudian segera dibawa ke rumah sakit. Tak lama kemudian beliau meninggal dunia'. Menurut rencana akan dimakamkan pada hari Minggu juga di pekuburan Karet, Jakarta, ditempatkan disisi makam suami beliau, ---- abangku ABDULLAH ISA.

Berita duka dari Jakarta itu kami terima dengan teramat sedih. Lebih sedih lagi, karena kami tidak bisa ikut serta menghadiri pemakaman beliau, yang dilakukan pada sore hari, tanggal 03 Desember 2006. Sungguh, kami semuanya dalam keadaan dukacita. Secepat kilat terbayang wajah Zus Bed yang ramah dan tenang duduk dikursinya di ruang tamu, di rumah Jalan Maluku 33, Jakarta. Di situlah beliau biasa duduk-duduk bersama anak-cucu dan cicit, sambil menyaksikan acara TV dari jarak yang agak jauh. Bayangan kenangan itu tak mudah hilang. Ia selalu muncul-muncul lagi dalam ingatanku.

* * *

Dalam suasana yang diliputi kesedihan, kami keluarga besar Ibrahim Isa, yang ada di Eropah, yang berjumlah 17 orang, ingin segera meneruskan rasa belasungkawa sedalam-dalamnya kepada putri-putri dan putra beliau MARYAM DARTO, FARIDA HUSNI, UDIN DAN HERA – beserta seluruh keluarga mereka.

Selama hidup beliau, Zus Bed, adalah teman hidup setia suami beliau, abangku: ABDULLAH ISA. Aku ingat pada hari-hari pertama kemerdekaan Indonesia (1945-46), ketika masih di Jakarta. Ketika itu di Jakarta, sering terjadi pertempuran antara pemuda-pemuda kita melawan tentara NICA. Karena persenjataan Belanda lebih modern, jumlahnya bertambah terus dan dibantu pula oleh tentara Inggris, maka berangsur-angsur Jakarta diduduki tentara NICA (Tentara kolonial Belanda). Sekitar waktu itulah rumah keluarga Do Tjik (Abdullah Isa, abangku itu, kami adik-adiknya menyapanya dengan nama DO TJIK, artinya Udo Ketjik, Abang Kecil),
--- diserbu oleh tentara NICA yang datang dari Batalyon-10. Batlyon 10 terkenal seram dan serdadu-serdadunya kejam sekali, lebih kejam dari tentara Belanda yang bu'le. Mereka mengobrak-abrik dan merampok seluruh isi rumah keluarga Abdullah Isa, di Jalan Hospitaal, di seberang kampung Kwitang. Untung saja, keluarga Abdullah Isa sudah menyingkir dari situ.

Mereka sekeluarga selamat, tetapi seluruh harta kekayaan yang masih dimiliki, hasil usaha dagang selama pendudukan Jepang, yaitu 'Toko Madju', ludes dirampok NICA. Dalam keadaan yang sulit itu mereka 'tetiré, kata orang Jakarta, artinya, 'mengungsi', ke Tjirebon. Di kota udang itu, merka untung dapat pemondokan di pavilyun rumah Haji Syamsuddin yang murah hati. Keluarga Isa kenal baik dengan Haji Syamsuddin, orang kaya Tjirebon pemilik pabrik tekstil Tjirebon. Karena, putra-putra Haji Syamsuddin, yang pada belajar di Jakarta selama masa pendudukan Jepang, mondoknya a.l. di rumah keluarga besar Isa. Putra-putra Haji Syamsudin di rumah kami seperti keluarga kami saja. Maka hubungan kami seperti dengan keluarga sendiri.

Dalam keadaan yang sulit demikian itu, pada saat rumah dan kekayaan habis dirampok oleh serdadu Belanda, Zus Bed dengan tabah mengurus anak-anaknya yang masih kecil-kecil, dan mendampingi sang suami dengan kesetiaan dan pengabdian yang setulus-tulusnya.


* * *

Ketika suasana Jakarta sudah lebih tenang, dan sang suami Abdullah Isa, bisa kembali ke Jakarta dan memulai usaha dagangnyya, meneruskan usaha 'Toko Madju' mereka, serta meluaskan usahanya menjadi 'Percetakan Madju NV', Zus Bed, sebagai istri, tidak sekadar mengurus rumah tangga dan anak-anak, tetapi juga aktif membantu suaminya (dari samping) dalam usaha dagang itu.

* * *

Selama hidup beliau, aku ingat-ingat paling tidak ada beberapa sifat atau kebiasaan Zus Bed, yang baik dijadikan suri teladan, bagai keluarga besar kita, dan bagi siapapun yang menganggapnya baik. dicontoh.

Satu diantaranya:
Ialah, kepedulian pribadi beliau dengan masing-masing dan setiap keluarga besar kita. Aku ingat betul, ketika pada zaman pendudukan Jepang, keluarga Ayah dan Ibu kami, hidupnya sulit, serba kekurangan, maka Do Tjik dan Zus Bed selalu membantu meringankan kesulitan yang kami hadapi, khususnya masalah pangan. Zus Bed bersama suami beliau, sering memberikan bantuan finansil pada Ba dan Ma' – pada Ayah dan Ibu kami yang sudah tua waktu itu.
Selain itu kepedualiannya itu dimanifestasikan dengan cara Zus Beda, yang secara reguler 'menengok' anggota-anggota keluarga besar kita. Bila Murti dan Aku berkunjung ke Indonesia dari Holland --- Zus Beda selalu mengajak bersama beliau di mobilnya, untuk mengunjungi anggota-anggota keluarga besar kita, yang kadang-kadang tinggalnya agak terpencil, dan kurang berada di banding dengan yang lainnya.

Ya, dengan caranya sendiri, sesungguhnya Zus Bed mengajak yang lain-lain, mendidik kami agar selalu memperhatikan serta berkepedulian terhadap anggota keluarga-besar yang tinggal agak terpencil atau yang peri hidunya kebetulan tidak semakmur yang lainnya. Atau bila ada yang sedang sakit.

* * *

Yang juga tak kulupakan bagaimana Zus Bed menggunakan harta warisan yang diperolehnya dari suaminya, Do Tjik, selain untuk keperluan kehidupan sendiri agar tidak tergantung pada anak-anak,
adalah menghibahkannya pada proyek PEMBANGUNAN MESJID KELUARGA BESAR. Berkat sumbangan beliau yang tidak kecil, bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya, khususnya putrinya – Farida Husni sekeluarga -- berhasillah dibangun Mesjid Ummul Ballkiah di Jalan Paseban, Jakarta. Sebuah mesjid modern, yang bisa memuat ratusan jemaah, bila digelar tikar ke halamannya, dilengkapi dengan sebuah perpustakaan Islam serta sebuah asrama bagi pemondokan mahasiswi-mahasiswi yang datang ke Jakarta untuk belajar.

Kebetulan kami suami istri, bahagia bisa ikut membuka dan meresmikan berdirinya Mesjid Ummul Balkiah di Jalan Paseban, Jakarta.

* * *

IMAN PADA TUHAN SWT DAN AJARAN AGAMA

Zus Bed pernah berita, bagaimana keyakinan kepada Tuhan SWT dan ajaran agama Islam, telah menolong beliau dari kesedihan dan kesulitan yang timbul karena musibah bertubi-tubi yang diderita keluarga Abdullah Isa. Pertama adalah meninggalnya dengan tiba-tiba suami beliau, Abdullah Isa, karena kecelakaan pesawat terbang pada tahun tujuhpuluhan. Bukan alang kepalang nasib malang yang dideritanya. Hancur luluh rasa hatinya, sulit melihat bagaimana hidup selanjutnya tanpa suami yang dikasihinya. Tidak lama sesudah itu, datang lagi musibah lainnya, yaitu dengan meninggalnya (juga dengan mendadak) putri ketiga NONON, pada waktu melahirkan bayinya yang peretamanya. Tak lama sesudah itu, suami Nonon yang meningal itu, juga menghilang tak tahu rimbanya.

Tak tertahankan lagi penderitaan bertubi-tubi yang dideritanya.
Apa yang menyelamatkan Zus Bed dari ancaman depresif karena musibah bertubi-tubi itu. Tak lain, adalah tawakkal pada Allah SWT, dan ajaran-ajaran agama yang dengan rajin diikutinya melalui pelbagai usaha belajar-bersama.

'Kalau tidak ada keyakinan dan kuat iman serta selalu tawakkal pada ALLAH SWT dan agama, Zus Bed sudah bisa jadi gila' ----- begitu ceritera kakak iparku Zus Bed padaku, ketika kami berkunjung ke Jakarta beberapa tahun yang lalu. Aku tidak tahu sebelumnya apa yang dialami kakak iparku itu. Karena ketika musibah-musibah itu menimpa keluarga Abdullah Isa, aku sekeluarga tidak berada di Indonesia. Kami diluarnegeri.

* * *

Kini Zus Bed, sudah tiada.
Inna Lillaahi wa Inna Ilaihi Raajiuun!.
Semoga arwah beliau diterima oleh Allah SWT di sisi beliau.
Amien, ya rabbul alamien!

* * *

No comments: