Monday, April 2, 2007

Kolom IBRAHIM ISA - BUKAN SEBARANG RESTORAN

Kolom IBRAHIM ISA
Menjelang Natal -- Jum'at, 15 Desember 2006
---------------------------------------------
24 Tahun Berdirinya Di 12, Rue de Vaugirard 75006 Paris:
'RESTORAN INDONESIA PARIS'

BUKAN SEBARANG RESTORAN
Kemarin pagi aku menilpun Suyoso, Pimpinan Restoran Indonesia, Paris.
Seorang pekerja mengangkat tilpun di seberang sana menyatakan: 'Mr Suyoso is not here', katanya dalam bahasa Inggris berlogat Perancis. Tolong sampaikan kepada Mr Suyoso ada tilpun dari Amsterdam, jawabku . Anda siapa tanyanya dalam bahasa 'Franglais' – Perancis/Inggris. Bilang saja dari Isa, Amsterdam.
Malamnya Suyoso menilpun aku. 'Ada apa Oom', tanyanya kepadaku. Suyoso sudah lama kukenal baik. Ia menyapa aku selalu dengan sebutan 'Oom Isa'. Suyoso agak tegang. Ada apa kok pagi-pagi ada tilpun dari Amsterdam, fikirnya. Aku bilang bahwa tidak ada apa-apa yang istimewa.
'Hanya ingin menyampaikan 'SELAMAT ULANG TAHUN' kepada kalian, pengusaha dan para karyawan RESTORAN INDONESIA PARIS' .
'Ooh, itu. Ya, terima kasih ya , Oom', jawab Suyoso dengan nada lega dan gembira.
Kawan-kawan Restoran Indonesia Paris, tidak mengadakan kegiatan khusus berkenaan dengan hari '14 Desember', yaitu hari berdirinya restoran mereka 24 tahun yang lalu. Tetapi, tahun depan mereka merancangkan akan mengadakan peringatan itu. Ya, pantaslah. Karena, bukankah tahun depan Restoran Indonesia Paris genap berkiprah 25 tahun lamanya. Sebuah restoran yang mereka bangun dengan jerih payah serta cucuran keringat, melalui kerja keras banting tulang, siang malam terus menerus. Suatu perjuangan hidup-mati untuk survive dan dengan demikian menciptakan syarat untuk meneruskan cita-cita pengabdian kepada tanah air dan rakyat.

* * *

Mengapa perlu sekali ditulis lagi, tentang Restoran Indonesia Paris? Aku sebenarnya tak ada rencana untuk menulis tentang itu. Niat untuk menulis, baru muncul sesudah terbaca tulisan JJ. Kusni, salah seorang pendiri Restoran Indonesia Paris, -- Sebuah tulisan yang cukup lengkap untuk mengingatkan pembaca bahwa tanggal 14 Desember tahun ini, Restoran Indonesia Paris, memasuki tahun ke-24. Barulah kuingat lagi, bahwa sudah 24 tahun restoran itu berdiri. Suatu prestasi! Suatu kinerja teladan dari kaum intelektuil dan budayawan Indonesia yang terpaksa terdampar di luarnegeri karena paspornya dicabut dan hak-hak kewarganegaraannya direnggutkan oleh rezim militer Indonesia yang angkara murka. 24 TAHUN'>.

Aku tegaskan bahwa perlu menulis lagi tentang Restoran Indonesia Paris, karena bagiku dan banyak kawan seperjuangan, kawan-kawan dari Restoran Indonesia Paris, yang dipandu oleh Umar Said, dengan solidaritas dari kaum demokrat dan peduli HAM oang-orang Perancis, merupakan suri teladan. Semangat kawan-kawan itu, memanifestasikan jiwa yang pantang menyerah terhadap 'nasib' yang dipaksakan pada mereka oleh kekerasan telanjang, dipaksa menjadi insan tanpa identitas, kecuali 'cap' yang dicorengkan ORBA pada mereka: Sebagai 'orang yang terlibat' atau 'berindikasi', bahkan sebagai 'orang-orang yang bermasalah'. Sungguh teramat kejam tindakan biadab itu!
Orba di bawah Jendral Suharto bermimpi dengan mencabut paspor kawan-kawan itu, dengan membikin mereka menjadi orang-orang 'stateless', orang-orang 'tanpa identitas' yang 'kelayaban' di luar negeri, bahwa dengan tindakannya itu -- Orba berilusi akan bisa mematahkan jiwa bebas mandiri, jiwa berlawan yang patriotik cinta air dan keadilan dari kawan-kawan itu.
Orba dan pendukungnya melését, kecelé, seratus persen melongo menyadari kemudian, bahwa kawan-kawan itu bahkan semakin memperkokoh tekad untuk survive. Dengan berani dan tegar melawan 'vonis' Orba untuk menjadikan mereka semacam 'orang-orang pariah'.
Mereka menyingsingkan lengan baju, 'bercancut taliwondo', 'ber-rawé-rawé rantas, malang-malang putung', melaksanakan prakarsa membangun restoran Indonesia mulai dari nol. Hanya dengan modal semangat juang dan jiwa pantang menyerah, dengan modal dengkul dan keringat, dengan memperkokoh semangat gotong-royong dan kekolektifan, akhirnya berhasillah kawan-kawan itu membangun Restoran Indonesia Paris.
JJ. Kusni yang khusus menulis mengenai 24 tahun berdirinya Restoran Indonesia, dengan tepat sekali mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh kawan-kawan itu selama 24 tahun ini, menghadapi intimidasi,diskriminasi dan fitnah Orba, adalah suatu usaha dan kegiatan yang MEMBELA MARTABAT DIRI DAN INDONESIA'.
Restoran Indonesia Paris bukan sebarang restoran tulisku.
Memang demikianlah adanya. Bukan sekadar suatu usaha untuk mencari nafkah, supaya bisa survive dan agar tidak tergantung dari tunjangan sosial pemerintah Perancis.
RESTORAN INDONESIA telah menjadi salah satu tempat penting dimana berlangsung kegiatan kebudayaan Indonesia yang teratur dan bermutu. Dikunjungi oleh banyak orang dan tokoh nasional Perancis maupun internasional yang peduli Indonesia dan peduli HAM. Lihatlah nama-nama dari sebagian dari mereka-mereka yang pernah mengunjungi Restoran Indonesia Paris.
Mereka itu adalah a.l. : Madame Mitterand (Istri mantan Presiden Perancis Mitterand).
Ramos Horta, salah seorang pemimpin perjuangan kemerdekaaan Timor Timur, yang kini menjadi PM Timor Leste.
Jacky Ully, Kapolda Sulsel
Halba R. Nugroho, Kapolda Kalsel.

Menteri Negara Yusril Ihza Mahendra & istri (mudanya) Rika Kato .
Goenawan Mohamad,
Penyair dan budayawan Indonesia.
Almarhum Munir
Kontras, YBLHI .
Moh. A. Irsan
Mantan Dubes Indonesia di Negeri Belanda.
Yuli Mumpuni
Atase Pers KBRI Paris.
Andreas Sitepu
Diplomat Nomor Dua KBRI Paris.
Revrisond Baswir,
Pengajar Univ. Gadjah Mada.: Komentarnya: Restoran Indonesia adalah meeting point yang menampung seluruh gagasan yang berseliweran di Indonesia. Semoga semuanya bermanfaat bagi penghormatan terhadap kemanusiaan.

Joesoef Isak , Pramoedya A.Toer dan Maimoenah
Komentarnya: Senang makan di sini, bebas merokok, hidangan mantap dan suasana ramah. Bahwa restoran ini diselenggarakan oleh orang-orang pelarian menterjemahkan kenyataan bahwa masih ada orang Indonesia yang bisa bertahan di luarnegeri dengan mandiri -- suatu contoh untuk orang-orang Indonesia lainnya. Bahwa orang-orang penting menjadi langganan restoran ini tak lain dari penghargaan terhadap usaha yang ulet dan pendekatan manusiawi antara sesama.

Asvi Warman Adam,
Sejarawan, Peneliti LIPI Jakarta: Komentarnya: Melarang orang makan adalah melanggar hak asasi. Mudah-mudahan pelanggaran itu tidak terulang lagi.

* * *

Tulisanku ini, selain menyampaikan kepada kawan-kawan Restoran Indonesia Paris, ucapan Selamat Hari Ultah, juga, ini penting sekali, bagi pembaca untuk selalu diingat-ingat dikenangkan betapa usaha mulya telah berhasil direalisasi oleh warga-negara Indonesia yang selama 32 tahun lebih oleh Orba, dianggap 'orang bermasalah'.
Timbullah lagi pertanyaan kapan pemerintah akan mengkoreksi kesalahan serius Orba menjadikan banyak orang Indonesia yang ketika itu ada diluar negeri, sebagai 'orang-orang stateless'. Kapan hendak merehabilitasi nama baik para warganegara Indonesia yang tak bersalah yang telah direnggut hak-hak kewarganegaraan dan hak-hak politiknya, yang jumlahnya meliputi duapuluh jutaan di Indonesia.

Pengkoreksian kesalahan serius Orba itu, tak bisa hanya dengan membagi-bagi formulir dan memberikan paspor RI yang baru. Pengkoreksian itu hanya sah dan bisa diterima, bila pemerintah dengan jujur mengakui kesalahan-kesalahan serius Orba melanggar HAM, minta maaf atas kesalahan tsb serta mengkorekasinya melalui suatu rehabilitasi nasional dan selanjutnya merealisasi cita-cita REKONSILIASI NASIONAL
Sayang UU-KKR yang masih mengidap kekurangan-kekuranganpun, sudah dibatalkan pula.

* * *

Restoran Indonesia Paris telah menegakkan lambang perlawanan terhadap ketidak-adilan, menegakkan tradisi cinta tanah air yang patriotik, yang benar dan adil.
Sekali lagi SELAMAT BERULANG TAHUN!

* * *

No comments: